Lucio meninggalkan ruangan dengan hormat, ia telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya (Dewan Komisaris). Lucio merasa tak pantas lagi menduduki jabatan tersebut, ditambah lagi perusahaannya sudah bisa mandiri tanpa bantuan induk perusahaan.
Meski begitu beberapa orang tidak setuju dengan keputusan itu, namun mereka memakluminya dan tidak memaksakan keputusan Lucio melihat kondisi Lucio. Mereka sangat mengapresiasi kinerja Lucio selama ini hingga ia bisa mendirikan beberapa perusahaan lainnya.
Lucio meninggalkan gedung mewah tersebut dan menaiki mobilnya menuju kantor Lucas, ada yang harus ia bicarakan pada anak itu. Jangan sampai Lucas bertindak ceroboh mengenai musuh keluarganya itu.
Itulah sebabnya mengapa Lucio mengundurkan diri, ia rasa inilah saatnya untuk membereskan permasalahan keluarga sampai selesai. Ia harus fokus pada permasalahan ini.
Lucio pun sudah menelepon Winwin untuk tetap di luar kota agar putranya itu aman, ia tak mau kehilangan lagi. Kini ia harus berjuang tanpa ada kawan karibnya, Gerry.
Begitu sampai, Lucio hanya melihat sekretarisnya saja yang sedang merapihkan berkas-berkas di ruangan Lucas.
"Dimana bosmu?" Tanya Lucio
"Beliau pergi lagi pak, setelah kekacauan ini. Katanya Beliau akan kembali"
"Siapa yang mengacaukan ini?"
"Anu pak.."
Sekretaris Lucas nampak bimbang, perlukah ia memberitahu soal Luna? Namun daripada ia disalahkan suatu saat nanti. Lebih baik untuk mengatakannya.
Sekretaris Lucas pun menceritakan kejadian Luna yang mengacak-acak ruangan Lucas tanpa rasa malu, dan penuh amarah.
Kembali pada Lucas dan Rani, mereka memutuskan untuk pulang ke apartemen. Lucas menceritakan percakapannya dengan Nina, Rani tersenyum dan bersyukur karena Nina sangat peka.
Setelah mandi dan bersih-bersih, Rani segera menghampiri Lucas yang terlihat sedang menelepon seseorang.
"Apa ada masalah?" Tanya Rani
Lucas menggeleng, ia memberi kode pada Rani untuk duduk di sebelahnya.
"Siapa yang di telepon tadi?""Hanya pekerjaan"
Lucas tersenyum dan meraih tangan Rani, menggenggamnya dengan erat.
"Rani""Saya tahu situasi ini belum tepat, tapi. Bisakah kita mengesampingkan perasaanmu itu dulu?"
"Saya bahkan masih tak menyangka kamu adalah gadis yang selalu muncul di mimpiku, gadis yang sama yang selalu kurindukan" Imbuhnya
"Mungkin akan berbeda jika tanpa ledakan itu, perasaan saya juga akan tumbuh sama sepertimu. Saya butuh waktu untuk mengosongkan ruang untukmu"
"Tapi bukankah kamu sudah mengingat semuanya? Kenapa masih ragu?"
Rani mulai frustasi, apa yang Lucas tunggu sebenarnya.
"Situasinya yang berbeda, Rani. Karena ledakan itulah yang membuat kenangan-kenangan kita hilang sepenuhnya dalam ingatan saya"
"Rani, tolong bersabarlah. Jika kita sudah membereskan masalah ini, maka tak ada lagi yang menganggu kita. Fokus saya hanya ada padamu"
Lucas begitu yakin dan serius mengatakannya, membuat Rani sedikit kecewa. Matanya mulai berkaca-kaca, Lucas juga tahu perkataannya akan membuat wanita itu kecewa.
"Rani, Please.."
Rani ingin egois, tapi sebuah belati menusuk dirinya. Itu belati rassa bersalahnya menjadi semakin dalam, seolah menampar dirinya bahwa bukan hanya dirinya yang menjadi korban tapi Lucas, ibunya, Mami Naya, Papi Lucio, dan juga Ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
ChickLitDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...