"Kamu nggak rindu sama pangeran tampanmu?"Rani mengerjapkan matanya berkali-kali, tidak. Apakah ia sedang bermimpi?, tapi rasanya seperti sungguhan. Pria itu menatapnya lembut, sungguh siapapun tolong Rani. Ia tak bisa sanggup menatap wajah Lucas.
"Apa?" ulang Rani tak percaya
"Saya menemukanmu Rani" bisik Lucas, "Kita bertemu lagi, saya sudah tahu semuanya" lanjutnya.
"Kamu gadis kecil yang terus menghantui mimpi saya, itu kamu Rani. Itu kamu" jelas Lucas
Lucas membelai wajah Rani, hatinya terus mengucap rasa syukurnya. Akhirnya potongan kenangan itu muncul membawa ketenangan, Lucas menarik pinggang Rani mendekat.
"Jangan pergi lagi, kamu harus tetap disini!"Ya, kata-kata sangat familiar bagi Rani. Pikirannya mulai paham, bahwa selama ini Lucas lah pangeran tampannya itu. Matanya pun berkaca-kaca, ia bernapas lega. Sungguh ini keterkejutkan yang membawa kebahagiaan, pangerannya telah kembali.
"Luke.. Hiks" Rani tak bisa menahan air matanya, ia terharu. Lucas pun segera mendekapnya, kemudian menciumi puncak kepala wanita itu membiarkan Rani menangis sepuasnya.
"Saya nggak akan ninggalin kamu lagi" bisik Lucas, ia mengeratkan pelukannya mempertipis jarak diantara mereka.
"Setelah apa yang terjadi, ledakan itu. Saya ingat Rani, walau sedikit perjuangan mengingat itu. Saya tetap memaksanya"
Rani mengangguk lemah, ia sangat terharu. Ia bahkan tak menyangka pangeran tampannya itu adalah Lucas sendiri. "Walau sakit, saya akan terus memaksakan memori-memori tentang kamu yang hilang itu muncul. Tidak adil kalau kamu saja yang memilikinya"
"Apapun yang terjadi saat ledakan itu saya-"
"Jangan membahas ledakan itu lagi, itu menyakitkan" potong Rani, ia pun melepaskan pelukannya.
"Baik, tapi saya janji. Siapapun yang menyebabkan itu dia kan hancur" Lucas sudah bertekad, ia membenarkan anak rambut Rani yang menghalangi mata wanita itu.
"Luke"
"Hm"
"Saat itu kenapa ya mami papi nggak ngenalin saya sebagai Rani dulu?" tanya Rani
"Entahlah, saya juga masih nggak paham dengan jalan pikiran mereka" jawab Lucas, netranya kini salah fokus pada bibir Rani.
"Kamu tahu, memori dirimu yang kecil itu sangat mirip. Dari mata, hidung, hingga bibir" Lucas mengelus bibir Rani, "Bodoh sekali saya tidak menyadarinya"
Rani tersenyum manis, ia menggeleng pelan. "Makasih sudah menemukan saya, Luke" Rani justru berterimakasih, seolah-oleh rindunya dan keraguan ini sudah terpenuhi. Lucas tidak meninggalkannya lagi.
"Apa ini sudah sore?" tanya Lucas, Rani mengangguk. "Ah, saya lapar" imbuhnya dengan wajah cemberut.
"Tentu saja kamu lapar, sedari tadi tidur terus" gerutu Rani
"Saya kan pingsan Rani, itupun saya nggak akan menutup mata kalau belum lihat kamu baik-baik saja" Lucas membela diri
"Iya-iya, saya udah denger dari mami" Rani pun bangun, "Kamu mau makan?" tawar Rani, Lucas menggeleng. "Nggak, tapi saya mau makan kamu"
Lucas menarik Rani untuk tidur kembali, dan menempelkan bibirnya. Ia menyesap bibir manis itu, dan menarik tengkuk Rani agar terus menempel padanya. Tangannya menarik pinggang Rani untuk menindih tubuhnya, Rani pun mencari pegangan untuk menahan bobot tubuhnya.
Lucas memasukan lidahnya dan menukar salivanya, tentu saja Rani juga merindukan afeksi Lucas yang selalu membuat dirinya melayang. Mereka pun larut dalam ciuman menggairahkan itu, hingga suara ketukan pintu mereka hiraukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Asuka [21+]
ChickLitDiawali dengan pertemuan yang tak terduga membuat Lucas kembali mengulas masa lalunya, hal itu membuat Rani ikut terlibat kembali pada ledakan yang terjadi di rumahnya. Mampukah mereka mengupas tuntas siapa dalang dari ledakan itu? [Tiap Gambar bers...