Dinner

109 20 0
                                    

"Bundaa! Anak Bunda yang cantik udah pulang." Teriak Ara saat baru memasuki rumah.

"Assalamualaikum dulu dek." Jawab Bunda sambil berjalan menuju ke ruang keluarga.

"hehehe, Assalamualaikum." Katanya sambil menyalimi tangan Bunda dan Aruna.

"Waalaikumsalam.." jawabku dengan Bunda barengan.

"tadi aku liat kakak dianter sama ka Arghi. Cie-cie dianter calon suami." Ledeknya.

"dih lo mata-matain gue ya." Sahutku.

"geer banget lo kak jadi orang. Kebetulan aja gue lagi lewat eh liat lo turun dari mobil ka Arghi." Jawabnya cepat.

"tuh Bun, Ara ngomong gue lo.." aduku pada Bunda.

"adek gak boleh gitu, gak sopan." Sahut Bunda yang langsung ku hadiahi gelak tawa.

"ih Bunda, aku cuma becanda kok. Bunda gak asik." Cibirnya.

"udah-udah. Una nanti malam kamu dandan yang rapih ya." Ucap Bunda.

"loh emang ada acara apa Bun?" tanyaku sedikit bingung.

"makan malam sayang, sama keluarganya om Reza." Jawab Bunda singkat.

"aku gak mau ikut ah Bun, mau istirahat aja dirumah." Kataku lagi.

"harus ikut sayang, kakak mu sama suaminya sama adek juga ikut kok." Kata Bunda lagi.

"hmmm, yaudah Bun aku keatas dulu ya." Ucapku sambil meninggalkan Bunda dan Ara dan langsung menuju kamarku.

o000o

Selesai mandi aku langsung memakai kaus, celana jeans hitam panjang dan sepatu converse putih kesayanganku. Aku pun langsung menuju kebawah dimana keluargaku sudah berkumpul.

"Una kok kamu pakai baju begitu?" tanya ka Alza padaku.

"loh, emang ada yang salah sama baju aku?" tanyaku balik.

"ayo ikut kakak." Ka Alza langsung membawaku menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar ka Alza aku langsung didudukan didepan meja rias. Ka Alza langsung mengambil peralatan makeupnya dan memoleskannya diwajahku.

Setelah sekian lama ka Alza mengoleskan riasan diwajahku akhirnya selesai juga. Aku menggunakan dress dibawah lutut berwarna hijau dengan corak berwarna putih dengan heels berwarna putih. Dengan rambut yang diikat rapih. Makeup ku malam ini juga tidak terlalu mencolok.

Aku dan ka Alza langsung turun kebawah menghampiri keluargaku yang lumayan lama menunggu kami berdua diatas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku dan ka Alza langsung turun kebawah menghampiri keluargaku yang lumayan lama menunggu kami berdua diatas.

Aku, Ara, Ayah dan Bunda dalam satu mobil sedangkan ka Alza dan ka Kai di mobil yang lain.

o000o

Kami pun sampai disalah satu restaurant terkenal di kawasan Jakarta Selatan.

"mbak atas nama bapak Reza." Ucap Ayah pada mbak-mbak resepsionis.

"mari saya antar pak." Kata salah satu mbak-mbak resepsionis itu.

Kami pun diantar ke salah satu meja private di restaurant ini. Sesampainya disana aku melihat om Reza, tante Vina dan juga Gista, adiknya Arghi sekaligus temannya Ara. Namun, aku tidak melihat Arghi disana.

Setelah salim dengan om Reza dan tante Vina aku pun duduk disamping tempat duduk tante Vina.

"Aruna udah besar ya sekarang, cantik lagi." ucap tante Vina.

"makasih tante.." jawabku tersenyum malu.

Ayah berbincang dengan om Reza, Bunda dengan tante Vina, Ara dengan Gista dan ka Alza dengan ka Kai. Sedangkan aku hanya diam sambil asik dengan handphone ku.

"maaf Yah, Bun, om, tante, kak aku telat." Tiba-tiba ada suara seorang laki-laki yang baru saja datang. Aku mengangkat kepalaku, ternyata Arghi.

Setelah salim dengan semuanya, Arghi berjalan mendekat ke arahku dan duduk disampingku dan juga ka Kai.

"yaudah kita mulai bahas ya tentang perjodohan Arghi dan juga Aruna." Kata om Reza cepat yang langsung diangguki setuju oleh Ayah dan Bunda.

"pertunangan kalian akan dilaksanakan bulan depan, setelahnya 2-3 bulan ke depan baru kalian akan melangsungkan pernikahan." Ucap Ayah.

"loh kok cepet banget. Aku pikir nunggu aku selesai skripsi dulu." sanggahku.

"gak sayang, lagi juga kan sebentar lagi kamu skripsi. Nanti bisa dibantu sama nak Arghi nyusun skripsinya." Sahut Bunda.

"maaf semuanya. Tapi, kenapa aku harus dijodohin sama Arghi?" tanyaku meminta jawaban kenapa aku harus dijodohkan dengan Arghi.

"ceritain aja janji kita waktu itu, supaya mereka tau dan bisa menerima perjodohan ini." kata om Reza pada Bunda yang langsung diangguki oleh tante Vina dan Ayah.

Setelah Bunda bercerita, aku hanya diam dan berpikir. Mungkinkah jodohku itu memang Arghi? Tapi kenapa rasanya sulit. Rasanya bagaikan mimpi, layaknya skenario yang sudah diatur oleh sang sutradara.

Arghi memang tampan, banget malah, mapan, baik dan dia pasti bertanggung jawab dan gak mungkin menjerumuskan aku ke hal-hal yang tidak baik.

Setelah Bunda menjelaskan semuanya kepada kami semua disini. Aku pun mulai bisa menerima perjodohan ini, mungkin ini memang sudah takdir ku untuk menikah dengan Arghi.

Aku tidak menyatakan secara langsung aku bersedia dalam perjodohan ini, tapi aku juga tidak menolak. Biar bagaimanapun orang tua kami terlihat sangat berharap padaku dan juga Arghi.

Selesai makan malam bersama, kami pun pulang. Didalam mobil aku hanya diam dan memikirkan apa yang telah terjadi padaku. Ayah dan Bunda bahkan tidak membahas apapun tentang perjodohan ini. Mungkin, Ayah dan Bunda sedang memberikan waktu untukku berpikir.

 Mungkin, Ayah dan Bunda sedang memberikan waktu untukku berpikir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang