Graduation

72 12 0
                                    

Setelah menghabiskan waktu selama lebih dari sebulan setelah sidang proposal. Dan tibalah hari yang sangat ditunggu-tunggu, yaitu Graduation.

Pagi ini aku menggunakan kebaya berwarna peach dengan bagian depan sepinggang, sedangkan bagian belakangnya panjang hanya sebatas pinggang. Dengan rok batik berwarna coklat muda. Rambutku, ku biarkan terurai. Ditambah lagi dengan high heels berwarna gold yang tampak menyala dengan kulit putihku. Makeup pada wajahku juga tidak terlalu mencolok. Sedangkan Arghi menggunakan baju dengan luaran kemeja berwarna putih. Dengan celana jeans panjang berwarna biru.

Sekarang aku sedang berada dimobil bersama Arghi untuk menuju ke kampus. Iya acara Graduation-ku memang dilaksanakan dikampus, dikarenakan memang kampusku mempunyai gedung wisuda sendiri yang cukup besar dan luas.

Semalam, aku sudah menelfon Bunda Tika dan Bunda Vina memberitahu kalau hari ini aku akan di wisuda. Keluargaku akan datang, namun Bunda Vina – Bunda Arghi dan Ayah Reza gak bisa hadir diacara wisudaku dikarenakan sedang berada diluar kota, menamani sang suami dinas keluar. Ah, Gista – adik Arghi. Dia datang kok, bersama keluargaku. Dari semalam katanya sudah menginap dirumah orang tuaku. Jika kalian lupa, Ara dan Gista bersahabat, sudah sejak dari kecil sama sepertiku dengan Arghi. Hanya saja, saat lulus SMP aku dan Arghi sempat berpisah.

"maaf ya Aruna, Bunda sama Ayah gak bisa datang. Nanti sore Bunda sama Ayah berangkat ke Surabaya. Ayah ada kerjaan disana." Kata Bunda padaku ditelfon kemarin pagi.

"iya Bunda, gpp kok. Ayah sama Bunda hati-hati yah. Kabarin Aruna sama Arghi kalau ada apa-apa." Balasku.

"iya Aruna. Selamat ya mantu Bunda, akhirnya dapat gelar juga. Bunda bangga sama Aruna."

"hehe, makasih Bunda." Kekehku.

"yaudah Bunda tutup ya telfonnya, Bunda mau packing. Sekali lagi, maafin Bunda sama Ayah ya Aruna, gak bisa hadir dihari kelulusan kamu. Titip salam juga ya buat Ayah Bunda-mu. Assalamualaikum." Kata Bunda.

"iya Bunda, bener gpp kok.. iya Bun, nanti aku salamin. Bunda hati-hati ya. Waalaikumsalam." Kataku setelahnya langsung mematikan sambungan telfonnya.

Aku dan Arghi sudah sampai dipelataran kampus, Arghi sudah memakirkan mobilnya. Namun, aku dan Arghi masih berada didalam mobil. Entah kenapa, sekarang aku merasakan gugup. Namun, tidak segugup saat sidang kemarin.

"gak turun?" tanya Arghi setelah berhasil melepaskan seatbeltnya.

"tunggu, aku nunggu Luna sama Sena dulu Gi." Kataku yang langsung diangguki oleh Arghi.

"Ayah sama Bunda udah berangkat?" tanya Arghi lagi. Aku pun langsung menoleh ke arahnya dan mengangguk.

"udah tadi Bunda bilang udah dijalan sama Ayah, Ara, Gista. Ka Alza sama ka Kai beda mobil." jelasku. Yang lagi-lagi langsung dibalas anggukan kepala.

"gugup yah?" tanyanya sambil menggenggam tanganku. Aku pun mengangguk tanpa berkata. Entah mengapa rasa hangat pada genggangam tangan Arghi membuatku sedikit lebih tenang.

"gpp. Cuma penyerahan ijazah aja kok. Gak usah gugup. Sidang proposal aja kamu bisa, masa wisuda doang gak bisa." Katanya meledekku. Aku pun ikut tersenyum. Benar kata Arghi, sidang proposal saja yang lebih sulit aku bisa melewatinya, masa ini hanya wisuda saja aku segala merasa gugup. Una payah. Batinku.

Setelah menunggu didalam mobil kurang lebih 10 menit, akhirnya aku bisa melihat kehadiran Sena, Rei, Luna dan Mark diujung sana. Aku dan Arghi pun segera bergegas keluar untuk menghampiri mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.59. Sebentar lagi acara akan dimulai. Aku, Luna, Sena dan Rei sudah duduk dikursi bawah yang memang sudah disiapkan untuk para wisudawan dan wisudawati bersama dengan teman wisuda-ku yang lain. Sedangkan Arghi dan Mark sudah duduk dikursi tribun atas bersama dengan keluargaku yang lain.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang