Wedding Day

85 14 1
                                    

28 Agustus 2021,

Tak terasa hari-hari berlalu begitu cepat bagiku, hingga tepat hari ini adalah hari pernikahanku dengan Arghi. Dan tinggal menghitung jam saja aku akan resmi menjadi istri sah Arghi Danadyaksa.

Pagi ini aku sudah dibangunkan Bunda pukul 4.30 pagi. Bunda menyuruhku untuk melaksanakan sholat subuh, memohon doa kepada Allah agar acara pernikahanku dengan Arghi berjalan dengan lancar.

Setelah selesai sholat subuh, aku melangkahkan kakiku menuju kamar Bunda. Ah, dari semalam aku sudah menginap di hotel yang sudah disediakan oleh Arghi, bersama seluruh keluargaku. Ayah, Bunda, ka Alza, ka Kai dan Ara.

Acara akad nikah akan diselenggarakan pada pukul 10 pagi nanti di Ballrom Four Seasons Hotel Jakarta. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6.10 pagi dan saat ini aku sedang di makeup oleh MUA terkenal.

Aku menggunakan gaun berwarna putih dengan brukat lengan balon. Rambutku digelung keatas dengan tambahan hiasan mahkota yang mempercantik penampilanku. Entah sudah berapa lapis makeup yang digunakan sang MUA pada wajahku. Rasanya wajahku sudah penuh dengan makeup.

Entah kenapa perasaanku saat ini sangat campur aduk mulai dari deg-degan, tegang, cemas, takut, ragu dan semakin bertambah menjadi lebih gugup. Tapi yang terpasti mulai daritadi malam jantungku sudah berdetak dengan tidak wajarnya. Rasanya saat ini aku ingin menangis tapi air mata ini rasanya gak bisa turun.

Tok... Tok... Tok..

"sayang.." panggil Bunda dari balik pintu.

"iyaa Bun, masuk aja.." jawabku. Bunda pun langsung masuk ke dalam dan duduk tepat disampingku. Saat ini aku sudah selesai di makeup, MUA nya pun sedang beristirahat dulu sebelum nanti menambah sedikit penyempurnaan saja pada makeup ku saat pengantin pria sudah datang.

"sebentar lagi anak Bunda udah resmi jadi istri orang, sebentar lagi Ayah dan Bunda udah gak punya hak sepenuhnya atas kamu lagi." ucap Bunda dengan sorot mata yang berkaca-kaca.

"Bunda ngomong apasih. Ayah sama Bunda tetep punya hak sama Una. Ayah sama Bunda kan tetep jadi orang tua Una, cuma nanti bedanya Una udah menikah." Ucapku. Entah kenapa mendengar ucapan Bunda membuatku ingin menangis dan merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang pengantin.

"iya Bunda tau sayang. Tapi nanti saat nak Arghi udah mengucapkan ijab Kabul, udah terputuslah kewajiban Ayah dan Bunda atas kamu, nak Arghi lah yang sepenuhnya punya hak atas kamu. Nak Arghi juga yang akan menafkahi kamu, menjaga kamu, bertanggung jawab atas apa yang dia ucapkan didepan Allah, Ayah, Penghulu dan para saksi nanti. Tapi kamu juga harus bisa menghormati dia sebagai suami kamu, imam kamu, kalian harus saling menjaga, saling melindungi, kalian berdua harus saling percaya dan kalian berdua harus saling menyayangi." Ucap Bunda sambil mengusap air matanya. Aku paling gak bisa melihat Bunda menangis, air mata yang sedari aku tahan, akhirnya luruh juga tanpa bisa ku tahan lagi.

"setiap rumah tangga pasti ada pertengkaran. Kalau ada masalah diomongin satu sama lain, kalian jangan saling diam. Jangan selesaikan masalah kalian dengan emosi, selesaikanlah dengan kepala dingin." Ucap Bunda lagi sambil menghapus sisa air mataku yang masih luruh.

Beginikah rasanya menjadi seorang pengantin? Kenapa rasanya begitu sedih? Bagai ditinggalkan dengan orang tua kita sendiri. Rasanya hati ini, bagai luka yang disiram dengan air garam.

Bunda kembali duduk disampingku setelah memberikan pelukan hangat sambil memperhatikan aku yang sedang diberi penyempurnaan pada wajahku oleh sang MUA.

"Bun keluarganya Arghi udah sampai." Kata ka Alza dari depan pintu.

Aku, Bunda dan ka Alza segera turun kebawah menuju Ballroom. Rasanya sekarang aku sangat tegang dan deg-degan, jantungku bagaikan ingin keluar dari tempatnya.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang