Persalinan

104 9 1
                                    

Author Pov

Setelah sibuk berbincang-bincang ternyata langit sudah mulai gelap. Petang sudah muncul diufuk barat. Lini para sanak saudara mulai meninggalkan rumah Arghi dan Aruna. Para petugas cathering sudah mulai merapihkan sisa-sisa acara. Kini, Arghi dan Aruna sudah berada dikamarnya sedang beristirahat.

"capek gak Na? mau aku pijitin kakinya?" tanya Arghi.

"gak usah Gi. Aku cuma butuh istirahat aja. Daritadi si triplet aktif banget." Ucap Aruna sambil mengelus perut buncitnya.

"aduh anak Papa aktif banget yah.. jangan nakal ya nak diperut Mama. dan kalau nendang jangan kuat-kuat, kasian Mama-nya." Ucap Arghi sambil mengelus dan mencium perut Aruna yang sudah sangat besar.

"siap Papa." Balas Aruna dengan suara anak kecil.

"yaudah aku mandi dulu yah." Kata Arghi mencium pucuk kepala Aruna lalu pergi menuju kamar mandi.

Aruna pun langsung beranjak dari kasur untuk menyiapkan pakaian Arghi. Baru Aruna hendak berdiri, tiba-tiba perutnya terasa sakit sekali. Bukan seperti tendangan-tendangan yang biasa dilakukan triplet.

Aruna tetap memaksakan. Aruna berdiri dan berjalan dengan tertatih menuju lemari. Tiba-tiba saja Aruna merasakan ada air yang mengalir dari pahanya dan saat ditengok ke bawah Aruna lagi-lagi dibuat terkejut karna keluarnya bersamaan dengan darah.

"Gii.." panggil Aruna. Namun sepertinya Arghi tidak mendengar panggilan Aruna.

"Arghiii, tolong." Panggil Aruna lagi.

Arghi keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililitkan dipinggangnya.

"Arunaa! Kamu kenapa?" tanya Arghi langsung saat berhasil keluar dari kamar mandi dan melihat Aruna sedang berpegangan pada sisi lemari dengan kakinya yang bercucuran darah.

"tunggu. Tunggu. Aku pakai baju dulu." Kata Arghi langsung memakai bajunya. Setelahnya Arghi langsung menggendong Aruna untuk dibawa kerumah sakit.

Sesampainya dirumah sakit, Aruna langsung dibawa oleh para suster menuju ruang persalinan. Tak lama menunggu, dokter pun keluar dari ruangan persalinan lalu menghampiri Arghi.

"keadaan Aruna dan kandungannya gimana dok?" tanya Arghi.

"mari kita bicara diruangan saya pak Arghi." tutur sang dokter. Lalu Arghi pun mengikutinya dari belakang.

Sesampainya diruangan sang dokter, Arghi langsung duduk dihadapan sang dokter.

"pendarahan yang dialami ibu Aruna berhasil kami hentikan. Tapi sepertinya harus segera dilakukan proses persalinan. Kini kandungannya sudah pembukaan 5. Tapi akan sangat berbahaya bila ingin dilakukan persalinan normal. Dikarenakan Rahim ibu Aruna yang lemah."

"tapi kembali lagi pak, keputusan itu ada ditangan bapak dengan ibu Aruna. Ingin tetap melakukan persalinan normal atau Caesar. Saya kasih waktu bapak untuk berbicara dulu dengan ibu Aruna." Sambungnya.

"baik dok. Terimakasih dok." Ucap Arghi sambil meninggalkan ruangan sang dokter.

Arghi langsung menuju keruang persalinan dimana Aruna berada.

"kata dokter apa Gi?" tanya Aruna langsung setelah melihat Arghi.

"dokter memberi saran untuk melakukan proses persalinan Caesar Na, karena kondisi Rahim kamu yang lemah." Kata Arghi.

"Gii, aku mau normal." Kata Aruna.

"Na-"

"Gii, pliss. Turutin kemauan aku sekali aja ya. Aku mau normal Gii. Aku bisa dan sanggup untuk persalinan normal Gi." Kata Aruna memohon.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang