Worried

77 9 0
                                    

"kak. Kok Una belum isi-isi yah." Kataku dengan raut muka sedih.

"ini yang mau kamu omongin sama kakak?" tanya ka Alza. Aku pun langsung mengangguk.

"Una. Setiap orang itu beda-beda. Ada yang dikasih cepet sama Allah ada juga yang udah nikah lama tapi belum dikasih." Kata ka Alza.

"kamu liat kakak. Kakak sama Kai aja harus nunggu 1 tahun lebih dulu kan baru dipercaya sama Allah untuk dikasih keturunan." Lanjut ka Alza.

"iya kak Una tau, tapi Una kasian sama Arghi. Dia kayaknya udah pengen banget punya keturunan. Una takut ngecewain Arghi. Pasti orang tuanya Arghi juga menanti-nanti cucu pertamanya. Kakak kan tau Arghi anak pertama." Jelasku.

"sekarang kakak tanya sama kamu. Arghi ada omongan tentang ini?" aku pun menggeleng.

"orang tuanya Arghi juga nyuruh kamu buru-buru?" lagi-lagi aku menggeleng.

"gak ada yang menuntut kamu untuk cepet isi Na. bahkan Arghi pun sebagai suami kamu gak menuntut kamu untuk cepet-cepet hamil. Karna Arghi tau, hal itu sudah ditentuin sama Allah. Kalau emang kamu belum dikasih sekarang, tandanya kamu harus lebih banyak berdoa dan ikhtiar lagi. Allah masih ngasih kesempatan kamu dan juga Arghi untuk belajar jadi orang tua yang baik, yang bertanggung jawab sama anak-anak kamu nanti." Kata ka Alza lagi. Aku pun langsung mengangguk. Benar, semua yang dikatakan ka Alza memang benar. Hanya saja aku yang terlalu khawatir, aku khawatir akan membuat Arghi dan kedua orang tua Arghi kecewa karna sampai detik ini pun aku belum mengandung.

Aku pun bangun dari kasur lalu menghampiri ka Alza yang sedang duduk disofa kamarnya. Lalu aku berhambur kedalam pelukannya.

"makasih ya kak. Ela beruntung banget pasti punya orang tua kayak kakak." Kataku sambil mengeratkan pelukanku.

"anak kamu nanti juga pasti beruntung banget punya orang tua kayak kamu sama Arghi." kata ka Alza membalas pelukan ku sambil mengelus-elus punggungku.

o000o

Aku sudah kembali ke kamar ku lagi. Ikut merebahkan diriku disamping Arghi yang masih tertidur. Aku mengambil handphone yang ku letakkan di atas nakas. Lalu membuka aplikasi WhatsApp.

Bundaaa❤️

Bundaaa, ini anaknya pulang.

Bunda nya gak dirumahh :((

Loh sayang udah pulang dari Malang?

Udah baru sampe tadi jam 3.

Bunda kemana?

Bunda nemenin Ayah sayang dirumah sakit.

Sebentar lagi pulang kok. Una mau nitip apa?

Mau nitip Ayah sama Bunda aja

Biar sampe dirumah dengan selamat.

Iya sayang. Yaudah Una istirahat

Nanti Bunda bangunin kalo Bunda

Udah sampe dirumah.

Oke Bunda. Hati-hati ya nanti.

Setelah mengirim pesan ke Bunda, aku pun mengunci layar handphone-ku dan meletakkan kembali handphone-ku diatas nakas. Lalu aku menarik selimut hingga menutupi dadaku lalu memejamkan mata.

Tok.. Tok.. Tok...

Aku mendengar suara ketukan pintu kamarku. Namun, rasa kantuk masih menguasai diriku. Aku pun mengabaikan suara itu dan kembali tidur.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang