Hari sudah pagi, seperti biasa Bunda akan membangunkanku untuk sarapan bersama sebelum berangkat kuliah.
"Una bangun sayang, udah jam berapa ini." kata Bunda membangunkanku.
"Bun kaki Una sakit." Aduku pada Bunda. Memang benar kakiku kemarin sedikit memar karna ditendang oleh si cowok brengsek itu. Namun aku membiarkannya, pasti besok juga sudah sembuh. Pikirku. Tapi ternyata justru pagi ini kakiku semakin sakit dan saat diliat Bunda kakiku sudah membengkak.
"ya Allah Una, kaki kamu bengkak." Pekik Bunda kaget saat menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhku.
"kenapa Bun?" tanya ka Kai pada Bunda yang kebetulan sedang lewat depan kamarku.
"ini Kai, kaki Una bengkak." Tunjuk Bunda pada kaki kiriku.
"bentar Bun, aku telfonin Ibu urut ya." Kata ka Kai yang langsung bergegas keluar dari kamarku.
"kenapa sih Bun masih pagi udah ribut-ribut gini." Gantian Ayah sekarang yang masuk ke dalam kamarku. Bunda pun memberi lihat kakiku yang membengkak kepada Ayah.
"kamu berantem lagi?" tanya Ayah padaku. Yang langsung ku jawab dengan anggukan pelan. Takut-takut jika Ayah marah padaku. Ayah itu tipikal orang yang hampir jarang sekali marah, tapi kalau sekali saja Ayah sudah marah. Akan sangat menyeramkan.
"Una.. Una, kamu itu perempuan loh. Kenapa suka banget berantem sih? Ayah tau kamu pintar bela diri, tapi bukan berarti kamu itu harus terus-terusan berantem seperti inikan." jelas Ayah.
"Yah gak gitu maksud Una, Una gak terima Yah Bun sahabat Una dijadiin barang taruhan sama cowok brengsek. Hati Una sakit ngeliat sahabat Una nangis-nangis, matanya sembab. Dan dengan bangganya cowok itu malah pamer ke temen-temennya didepan Una kalau dia berhasil bikin sahabat Una sakit hati." Jelasku pada Ayah dan Bunda.
Ayah dan Bunda paham dengan maksudku. Sedari dulu, setiap ada seseorang yang menyakiti sahabat-sahabatku bahkan keluargaku sendiri. Aku gak akan tinggal diam. Aku harus memberinya pelajaran yang setimpal dengan apa yang orang itu perbuat.
Untungnya Ayah tidak marah kepadaku. Setelah Ibu urut yang dipanggil ka Kai sudah sampai, Ayah pamit untuk berangkat kerumah sakit. Tinggalah aku, Bunda dan Ibu urut yang berada dikamarku.
o000o
Arghi Pov
Pagi ini aku kembali mengantarkan Gista ke kampus sekalian aku berangkat ke kantor. Sampainya diparkiran kampus, aku melihat mobil om Adi berhenti. Lalu Ara keluar dari mobil tersebut seorang diri.
"kamu sendirian Ra?" tanyaku setelah memberhentikan mobilku ditempat mobil om Adi menurunkan Ara tadi.
"eh ka Arghi, iya kak sendiri." Jawabnya sambil tersenyum.
"loh kakak kamu kemana?" tanya Arghi, karna setau Arghi jam kuliah Aruna itu hampir sama dengan jam kuliah adiknya dan Ara.
"ohh, ka Una izin kak. Kakinya bengkak gak bisa jalan." Jawabnya yang diikuti Gista turun dari mobilku.
"karna berantem kemarin itu ya?"
"iya ka Arghi, udah ah aku sama Ara mau masuk kelas. Udah telat." Bukan Ara, tapi Gista yang menjawab dan langsung berlalu meninggalkanku yang masih terdiam didalam mobil.
o000o
Tiga puluh menit kemudian aku sudah selesai diurut, Bunda mengantarkan Ibu urut tadi sampai depan rumah. Sedangkan aku masih berbaring diatas kasur.
Bunda kembali dengan membawa nampan berisi sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu untukku sarapan.
"Bunda kebawah dulu ya sayang, kamu kalau ada apa-apa panggil Bunda atau kakakmu ya." Kata Bunda langsung berlalu dari hadapanku.
Aku pun langsung menyantap nasi goreng dan meminum susu yang Bunda bawakan untukku.
Handphone ku yang kuletakkan diatas nakas, bergetar sekali. Tanda bahwa ada pesan masuk.
08121062xxxx
Lo sakit Na?
Ini siapa?
Arghi.
Oh Arghi.
Gak kok, cuma bengkak dikit.
Emang lo diapain sama cowok itu?
Dia nendang kaki gue kemarin,
Tapi gpp kok Gi, udah diurut.
WhatsApp ku tidak dibalas lagi olehnya. Aku pun langsung meletakkan hpku diatas nakas lalu mencoba untuk kembali beristirahat.
o000o
Aku terbangun karena mendengar suara pintu kamarku yang terbuka. Aku membuka mataku sedikit dan menemukan dua sahabatku sedang berjalan menghampiri kasurku.
"maafin gue Na. Gara-gara gue lo jadi kayak gini." Ucap Luna.
"gpp Lun santai aja, kaki gue udah gpp kok." Jawabku sambil tersenyum.
Aku mendudukkan diriku diatas kasur dibantu oleh Luna dan Sena.
"loh kok lo jam segini udah balik?" tanyaku pada mereka berdua. Karna memang hari ini, kuliahku sampai jam 4 sore. Sekarang masih jam 1 siang tapi kedua sahabatku sudah berada dirumahku.
"matkul terakhir dosennya gak masuk. Jadi kita langsung kesini aja." Jawab Sena.
"hmm.. pantes. Kok Rei lo gak ajak Sen?" tanyaku penasaran. Biasanya, mereka berdua seperti perangko. Dimana ada Sena disitu ada Rei dan sebaliknya dimana ada Rei disitu ada Sena.
"tadi Rei mau kesini, cuma dia diajak futsal sama temennya." Jawabnya sambil ikut tiduran disampingku.
"ohh pantesan, biasanya kan kayak perangko nempel mulu." ledekku yang langsung dihadiahi gelak tawa oleh Luna.
.
.
Reivan dan Sena
.
.
semua foto cast aku dapet dari pinterest yaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET 21 || NA JAEMIN
Novela Juvenil[END] [COMPLETE] Aruna Candramaya. Seorang perempuan berusia 21 tahun. Terlahir dari sang Ayah yang bekerja sebagai dokter jantung dan sang Ibu seorang ibu rumah tangga. Memiliki wajah oval dengan hidung mancung yang mempercantik wajahnya. Diperind...