Battle

108 16 5
                                    

"pagii semuaa." Sapaku pada semua keluargaku yang sedang sarapan dimeja makan.

"pagii.." sahut semua keluargaku.

"tumben banget kamu jam segini udah bangun, biasanya harus Bunda yang bangunin." Sindir Bunda padaku.

"ihh Bunda mah, anaknya bangun pagi salah, anaknya kesiangan salah. Bingung aku." Jawabku sambil duduk dimeja makan.

"lagian tumben banget kamu udah bangun jam segini." Sahut ka Alza.

"aku gak bisa tidur." Sungutku.

"gak usah dipikirin sayang, tapi kamu jalanin dan ikutin arusnya aja." Ucap Ayah disela-sela sarapannya.

"hmmm.." sahutku sambil mengunyah roti yang sudah kuberi selai srikaya.

"Ayah berangkat duluan ya Bun, Ayah ada jadwal operasi pagi ini." ucap Ayah sambil berdiri dari duduknya dan mencium kening Bunda.

"Yah.. Ayah, tungguin Una. Una bareng Ayah aja." Ucapku berteriak pada Ayah.

"yaudah cepetan, nanti Ayah terlambat operasinya." Sahut Ayah.

Aku pun langsung menyudahi sarapanku dan langsung lari menyusul Ayah yang sudah duluan jalan ke depan.

o000o

"tumben banget lo jam segini udah dikampus." Kata Sena sambil melihat jam tangannya.

"gak bisa tidur gue semaleman." Sahutku lesu.

Tak lama, Luna pun datang dengan wajah yang sangat berantakan, matanya sembab, hidungnya merah dan kantung matanya menghitam. Luna berjalan ke arahku dan Sena, saat tiba dihadapan kami Luna langsung memeluk aku dan Sena.

"eh lo kenapa Lun?" tanyaku khawatir pada Luna.

"brengsek banget itu cowok." Jawabnya dengan isak tangis.

"kenapa lagi si Lun?" tanya Sena.

Bukannya menjawab, tangis Luna semakin pecah.

"udah-udah, gak usah cerita kalau belum siap. Tenangin diri lo dulu. Bentar lagi dosen masuk." Kataku sambil mengelus bahunya pelan.

Luna pun mengangguk dan berhenti menangis. Aku dan Sena mengantar Luna ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.

o000o

Bel istirahat pun menggema seantero kampus. Semua mahasiswa yang berada didalam kelas langsung berhambur keluar kelas menuju ke kantin.

Kami berempat pun sudah sampai dikantin, Sena dan Reivan – pacar Sena, duduk disalah satu bangku yang masih kosong, sedangkan aku dan Luna duduk didepan mereka. Hari ini aku yang bertugas memesan makanan untuk kami ber-empat. Tapi saat hendak memesan makanan tidak sengaja aku mendengar percakapan seseorang dengan teman-temannya.

"gimana taruhan kita? Berhasil lo deketin Luna?" tanya salah satu cowok disana.

"ya bisalah. Orang dia sampe nangis gitu, dia gak sadar apa kalo dia cuma gua jadiin bahan taruhan aja." Jawab salah satu cowok lain disana.

Mendengar ucapan segerombolan cowok disana aku pun langsung menghampiri meja tempat mereka duduk.

Langsung aku siram mukanya itu dengan segelas minuman yang ada di mejanya dan menggebrak meja tempat cowok dan temannya itu duduk.

"maksud lo apa ngedeketin sahabat gue cuma untuk taruhan! Lo pikir sahabat gue mainan lo!"

Suasana kantin pun menjadi ricuh dan ramai karena melihatku menyiram air ke muka seorang cowok.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang