Penjelasan

90 12 1
                                    

Saat sedang asyik mengobrol dengan Luna dan Sena, Bunda tiba-tiba datang memberitahuku kalau ada Arghi dibawah. Aku sontak terkejut. Karna Arghi tidak ada bilang kalau ingin kerumah. Bahkan WhatsApp ku hanya diread saja.

"Bunda suruh nak Arghi keatas ya?" tanya Bunda langsung padaku.

"jangan Bun, biar aku aja yang kebawah." Kataku langsung duduk ditepi kasur.

"kaki kamu kan lagi sakit sayang, biar nak Arghi aja yang kesini ya." Pinta Bunda lagi.

"gak Bunda. Bisa kok, aku bisa. Nanti dibantu sama Luna Sena kok." Jelasku.

"iya Bun, aku sama Sena yang bantu Aruna ke bawah nanti." Sahut Luna yang langsung diangguki setuju oleh Sena. Lalu Bunda kembali ke bawah untuk memberitahu Arghi.

"Arghi-Arghi itu siapa si Na?" tanya Sena yang mulai penasaran. Aku memang belum memberitahu kedua sahabatku tentang Arghi dan tentang perjodohanku.

"nanti gue ceritain." Kataku langsung bergegas turun ke bawah yang dibantu oleh Luna dan Sena.

Begitu aku dan kedua sahabatku tiba diruang tamu, aku pun langsung duduk persis didepan Arghi.

"kenalin ini sahabat gue, Luna sama Sena." Kataku memperkenalkan kedua sahabatku kepada Arghi.

"dan ini Arghi." Kataku pada Luna dan Sena.

Mereka bertiga saling berjabat tangan dan tersenyum.

"gue tinggal dulu ya keatas." Kata Luna dan Sena yang langsung bergegas meninggalkan ku berdua bersama Arghi diruang tamu.

"lo ngapain kesini?"

"lo bener gpp?" tanya kami berdua bersamaan.

"gue gpp Gii serius. Lo ngapain kesini? Bukannya lo kerja?" jawabku sekaligus bertanya lagi tentang tujuan Arghi datang kerumah ku siang ini.

"mau mastiin lo beneran gpp atau gak." Jawabnya.

"kan gue udah bilang di WhatsApp kalo gue gpp."

"kalo gpp kenapa turun aja mesti dipapah sama sahabat lo." Katanya tidak percaya.

"ya Allah Gii, gue abis diurut kaki masih sakit yakali gue jalan sendiri, bisa jatuh ditangga yang ada." Jawabku sedikit keras.

Arghi tergelak mendengar jawaban ku yang sedikit agak menarik urat.

"yaudah gue balik ke kantor ya Na, cepet sembuh." Katanya bergegas berdiri.

"loh udah gitu doang? lewat WhatsApp kan juga bisa Gi." kataku heran. bagaimana tidak, Arghi kerumah hanya ingin melihat kondisi ku secara langsung dan tidak lama dia pamit untuk kembali ke kantor lagi.

"kan gue udah bilang cuma mau mastiin lo secara langsung." jawabnya. Padahal kantor nya dengan rumahku cukup memakan banyak waktu. Tapi sepertinya dia tidak masalah dengan itu.

"Bundaa, Arghi mau pamit." Teriakku memanggil Bunda yang sedang berada dikamar. Kamar Ayah dan Bunda memang dibawah, sedangkan anak-anaknya dilantai 2 dengan kamar yang bersampingan semua.

"tante Arghi pamit ya, mau ke kantor lagi." kata Arghi menyalim tangan Bunda.

"oh iya nak Arghi, makasih ya udah jenguk Aruna." Jawab Bunda sambil tersenyum.

"gue pamit ya." Katanya padaku yang ikut berdiri disamping Bunda.

"iya, makasih Gi, hati-hati dijalan." Jawabku sambil duduk kembali disofa ruang tamu.

Setelah Arghi pergi, Luna dan Sena sudah kembali keruang tamu. Kami bertiga lebih memilih untuk diruang tamu saja karna kakiku masih sangat sakit jika dipakai untuk berjalan apalagi ini harus naik ke lantai 2.

"lo masih hutang cerita ya Na sama kita berdua." Ucap Sena padaku yang langsung diangguki oleh Luna.

"iya-iya." jawabku cepat.

"yaudah cepet ceritain." kata Luna yang sudah tidak sabar.

"hmm.. jadi gini, dulu itu ternyata Bunda gue sama om Reza – Ayahnya Arghi pacaran dan ternyata juga Bunda itu udah dijodohin sama Ayah gue. Karena Bunda nurut banget sama Opa Oma akhirnya Bunda milih untuk nikah sama Ayah dan mengakhiri hubungannya sama om Reza. Terusnya Bunda sama om Reza buat perjanjian, untuk menjodohkan anak mereka nanti saat dewasa."

"terus lo menerima perjodohan itu?" tanya Luna.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Luna, aku terdiam cukup lama. Akhirnya aku mengangguk.

"gue tadinya gak mau. Gue sama Arghi itu sebenernya temen sedari kecil, cuma kepisah karna dia harus melanjutkan pendidikannya di Korea. Makanya karna itu gue awalnya menolak, cuma setelah Bunda ceritain semua maksud dari perjodohan ini, gue perlahan-lahan bisa nerima semuanya." Kataku diakhiri dengan hembusan nafas panjang.

"gpp Na, orang tua lo pasti tau mana yang terbaik buat anak-anaknya. Dan lagi pula menikah itu Ibadah. Diliat-liat juga Arghi pasti bertanggung jawab sama lo dan keluarga kecil lo nanti." Kata Sena meyakinkanku yang langsung diangguki setuju oleh Luna.

o000o

Hari sudah malam, kedua sahabatku pun masih berada dirumahku. Bunda menyuruh kami bertiga untuk makan malam bersama. Di meja makan sudah ada Ayah, Bunda dan Ara. Ka Alza dan suaminya sedang berkunjung kerumah orang tua ka Kai.

"Sena, Luna minggu depan datang ya kerumah." Kata Ayahku memecah kesunyian dimeja makan.

"ada acara apa emang Yah?" tanya Sena. Aku, Sena dan Luna sudah bersahabat sejak kami SMA dulu. Mereka berdua sering main bahkan menginap dirumahku. Bahkan mereka sudah dianggap anak sendiri oleh kedua orang tuaku. Makanya mereka juga ikut memanggil Ayah dan Bunda sama sepertiku.

"loh kamu belum kasih tau sahabat kamu sayang?" tanya Bunda yang langsung kujawab dengan gelengan kepala.

"acara pertunangannya Arghi dan Aruna." Jawab Ayah bersemangat.

Kedua sahabatku pun terkejut sekaligus tersenyum bahagia sama seperti Ayah dan Bunda.

"siap Yah, Bun. Aku sama Sena pasti dateng kok." Jawab Luna tidak kalah bersemangat.

" Jawab Luna tidak kalah bersemangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang