Triplet

109 10 2
                                    

Setelah mengalami beratnya trimester pertama masa kehamilan-ku, kini aku sudah melewati masa buruk itu. Kandunganku kini sudah menginjak usia sekitar 33 minggu. Sudah 8 bulan aku mengandung buah cintaku dengan Arghi.

Di trimester ke-3 ini aku mengalami perubahan yang cukup signifikan. Mulai dari berat badan yang menanjak naik sampai perubahan sifat yang aku sendiri merasa cukup aneh dengan sifatku ini.

Semakin besar usia kandunganku entah kenapa, rasa takut itu semakin besar. Seolah muncul dan kini sudah menggunung.

Kini aku sudah menggunakan sebuah dress khusus ibu hamil diatas lutut dengan flatshoes berwarna senada yang begitu memperlihatkan perut buncitku. Hari ini aku akan ikut Arghi pergi ke kantor hanya untuk menandatangi berkas-berkas.

Mobil milik Arghi memecah kemacetan lalu lintas ibukota. Tak butuh waktu lama untuk sampai di kantor. Hanya memakan waktu kurang lebih 30 menit. Sesampainya didepan kantor, kami pun segera berjalan dan menaiki lift ke lantai 20.

Sesampainya kami diruangan Arghi, kami langsung disambut oleh sekretaris Arghi. Semenjak aku sudah tidak bekerja lagi, sekretaris kedua Arghi menggantikan posisiku menjadi sekretaris utama Arghi.

Arghi langsung disibukkan dengan beberapa berkas yang tersaji dihadapannya kini. Sedangkan aku, hanya duduk disofa ruangan Arghi. Menunggu Arghi dengan sabar menyelesaikan kewajibannya.

Sudah sekitar 1 jam Arghi berkutat dengan berkas-berkasnya. Sedangkan aku hanya disibukkan dengan membaca majalah dan memakan cemilan yang memang sudah disediakan dimeja. Dan akhirnya berkas-berkas itu sudah selesai ditanda tangani dan dipelajari oleh Arghi, kami pun kembali kerumah. Karena waktu yang sudah semakin mepet dengan acara syukuran kehamilan pertama-ku. Atau biasa disebut dengan syukuran 7 bulanan.

Ohiya, memasuki bulan ke-5 kehamilanku. Aku kontrol ke dokter kandungan ditemani oleh Bunda dan juga ka Alza. Saat di USG ternyata tidak hanya 1 nyawa yang berada didalam perutku, melainkan 3 nyawa. Aku sedang mengandung anak kembar. Bahkan kembar 3. Jenis kelamin kedua anakku sudah dipastikan laki-laki, namun satu lagi tidak terlihat karena ketutupan dengan saudaranya.

Mau nanti itu perempuan atau laki-laki, untukku dan Arghi sama saja. Tidak ada yang berbeda. Yang terpenting ketiga anakku lahir dengan selamat dan sehat-sehat.

Selama perjalanan pulang, tak banyak percakapan diantara kami. Arghi yang sibuk menyetir dan aku lebih memilih untuk memejamkan mataku karna rasa kantuk yang datang tidak bisa ku tahan lagi.

Tiba-tiba saja mobil yang dikendarai Arghi berhenti. Aku pun langsung membuka mataku mengira bahwa kami sudah sampai dirumah. Tapi ternyata lampu lalu lintas sedang menunjukkan warna merah.

"kok bangun?" tanya Arghi.

"aku kira udah sampe rumah. Gataunya lampu merah." Jawabku seadanya.

"yaudah kamu tidur lagi aja, nanti aku bangunin kalau udah sampai rumah." Balas Arghi. Aku pun langsung menggeleng.

"udah gak ngantuk lagi.." kataku. Arghi pun tersenyum dan mengacak-acak rambutku. Lalu mengelus perut buncitku dengan kasih sayang.

"anak Papa baik-baik aja kan diperut Mama? jangan nakal ya nak kalian diperut Mama. dan cepet lahir ya anak-anak Papa." Ucap Arghi sambil terus mengelus perut buncitku.

"siap Papa. Kalau bisa hari ini juga kita akan lahir." Balasku sambil menirukan suara anak-anak.

Setelah itu gak ada lagi percakapan diantara kami. Hanya suara radio yang terdengar menemani Arghi menyetir mobil. Tak lamapun kami sampai dihalaman rumah. Aku dan Arghi langsung masuk ke dalam untuk beristirahat lalu lanjut bersiap-siap.

SWEET 21 || NA JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang