Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
"Ahm, maafkan aku. A-aku tidak bermaksud.." sesalnya yang tak biasa, sedikit menelan rasa bersalah.
Lisa menarik nafas dalam, memejamkan mata lalu berusaha untuk tersenyum. "Tidak apa-apa. Huhhffhh.. Baiklah, kita ke rumahku dulu ya?"
"Em, jangan ngebut ya?"
"Meskipun penampilanku seperti ini, aku bukan orang yang suka kebut-kebutan di jalan"
"Baguslah"
Keduanya masih sama-sama canggung di saat mobilnya mulai melaju, yang satu fokus menyetir, satunya melihat ke arah si fokus.
"Kenapa? Naksir?" tanya Lisa penuh percaya diri.
"Dih, rasa percaya dirimu cukup tinggi juga ya? Lagipula mana mungkin, kau perempuan, aku juga perempuan"
"Berarti jika aku laki-laki, kau tidak akan menyangkalnya?"
"Diam atau kusumpal bualanmu itu dengan tisu?"
"Sumpal saja, aku tidak masalah. Nah.. di depan toko roti itu rumahku" tunjuk Lisa.
"Em"
Mereka menepi. Lisa langsung keluar dari mobil karena melihat di rumahnya banyak sekali orang. Ia masuk dan melihat-lihat sekeliling isi rumahnya, yang sudah ditandai oleh pihak bank. Rumah Lisa beserta isinya yang bisa dijual telah disita oleh pihak bank.
"Yak! Ada apa ini?" Protes Lisa, pada salah satu orang yang sedang sibuk dalam rumahnya. Beberapa orang bekerja sama untuk mengeluarkan barang-barang tersebut dari rumah Lisa.
"Hey! Aku pemilik rumah ini, kenapa kalian membawa semua barang-barang itu keluar?"
"Sesuai perjanjian karena tak bisa membayar hutang yang telah dipinjam oleh pemilik rumah, kami hanya melakukan tugas dari pihak bank untuk menyita rumah ini beserta isinya" ungkap salah satu dari mereka yang tidak terlalu sibuk seperti yang lainnya.
Jennie menyaksikan kejadian itu di depan matanya. Ia melihat betapa hancurnya perasaan Lisa saat itu, sudah ditinggal seorang diri tanpa apa-apa, dan kini yang menjadi haknya juga telah meninggalkannya.
Lisa menangis ketika memasuki kamarnya, segera ia membereskan pakaiannya dari lemari yang belum dikeluarkan oleh orang-orang suruhan dari pihak bank. Ia mengambil dua pakaian setelan untuknya dan Jennie, dengan perasaan yang sudah tak tertata lagi, pikirnya kacau hingga tak mampu untuk berbicara banyak, dan berpura-pura baik-baik saja.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Jennie mengusap punggung Lisa, karena sejak tadi Jennie mengikuti langkah Lisa yang semrawut.
Tak tahu harus bagaimana, Lisa hanya menjawab tanya Jennie dengan anggukan laun, air mata yang terurai dan menghapusnya ketika tetesan itu menuruni pipi.
Jennie merasa teriris melihat Lisa. Perempuan malang yang ia temukan dalam keadaan buruk itu, benar-benar hancur sekarang.
Tak ada yang dapat Lisa haki dari peninggalan ibunya. Rumah yang cukup besar dengan fasilitas mewah yang hendak ia tinggalkan justru kini meninggalkannya. Ia sudah kosong, tak berisi baik pikiran maupun materi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace ☆
Teen Fiction[18+] "Aku berusaha untuk taat kepada-Mu Tuhan, tapi kenapa Kau berikan ujian semanis Lisa?" - Jennie. Huhhffhh... Berdamai sajalah.