Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
Jennie POV🌼
"Rumahku dari unggun timbun sajak,
Kaca jernih dari luar segala nampak,
Kulari dari gedong lebar halaman,
Aku tersesat tak dapat jalan,Kemahku dirikan ketika senja kala,
Di pagi terbang entah ke mana,
Rumahku dari unggun timbun sajak,
Di sini aku berbini dan beranak...""Aamiin.." harapku, yang membuatnya seketika langsung menatapku dan tersenyum membuka pelukan.
Buku sastra yang sedang Lisa baca kini ia simpan pada meja kayu berwarna hitam dengan pernis yang mengkilat. Di sampingnya tersimpan teh herbal yang sengaja kubuatkan tadi untuknya.
Dia suka dengan puisi, sama sepertiku, atau mungkin tertular dariku. Karena pada awalnya Lisa tidak gemar membaca, ia hanya suka menulis karangan seperti cerita pendek, katanya.
Tapi aku tanya sebelum itu ia lakukan. Bagaimana mungkin suka menulis tapi tidak suka membaca? Apa karangannya ia tulis tanpa ia baca? Atau bagaimana? Entahlah.. Itu hanya Lisa yang tahu jawabannya.
Namun akhir-akhir ini dia jadi suka membacakanku sebuah puisi, bait-bait indah juga cerita yang menarik. Aku sangat senang mendengarnya, melihat perubahan pada dirinya yang seperti sedang sekolah sastra. Guruku adalah guru paling menyenangkan di dunia, yaitu Lalisa.
"Aku belum selesai membacanya baby. Kenapa kau aminkan?" tanyanya setelah aku berlabuh pada pelukan hangat Lisa. Bahkan secangkir teh yang mengepul asap di depan kami sudah kalah hangat oleh dekapan kekasihku.
"Tidak boleh ya?"
"Boleh"
"Kalau begitu lanjutkan hm?"
"Aku sudah menutup bukunya sayang"
"Tutup buku bukan berarti tak bisa buka lagi 'kan? Ayo bacakan.. Aku mau tahu kelanjutannya" rengekku dengan manja, sengaja.
"Kau sudah tahu isinya, baby"
"Belum kalau yang ini.." Alasan sederhana ketika aku ingin bermanja padanya, adalah mengalahkan keras kepalanya Lisa, dan menjunjung tinggi egoku. Hehe..
"Arasseo aku akan membacakannya untukmu"
"Yes, gomawo, mmmwach" Kukecup rahangnya, niatnya ingin mendapatkan bibir, tapi malah mengenai dagu dan rahangnya yang indah. Hm.. Sama saja, asalkan itu selalu Lisa.
Aku masih di dekapannya, dirungkup bekam belikat tangan ruas-ruas jari. Tepian jemarinya tepung mengikat pinggangku sebelah lengan. Dan dia mulai meraih buku untuk dia baca kembali lanjutannya.
"Tadi yang mana ya? Aku lupa halaman berapa" Dia bertanya, juga mencoba mengingat, kekasihku mengusap garis dagunya.
"239" jawabku lalu dia mencubit hidungku laun. "Ahh.. Wae?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace ☆
Teen Fiction[18+] "Aku berusaha untuk taat kepada-Mu Tuhan, tapi kenapa Kau berikan ujian semanis Lisa?" - Jennie. Huhhffhh... Berdamai sajalah.