~
Bau harum masakan menusuk indra penciuman Arsen. Ia menggosok rambutnya yang basah lalu mengenakan kaos hitam yang sedikit ketat. Membuat dadanya tercetak dengan jelas. Ia berjalan ke arah dapur dan mendapati istrinya sedang memasak.
Elina yang sedang santai memasak terkejut kala ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Rambut basah Arsen mengenai pipinya.
"Rambut kamu masih basah, lho. Keringin yang bener."
"Keringin dong," pinta Arsen dengan posisi masih memeluk Elina.
Elina mematikan kompor lalu mengambil handuk di kamarnya. Berdiri di depan Arsen yang kini sedang duduk di kursi makan. Ia mengeringkan dengan lembut rambut Arsen, dan menyisirinya.
"Sini aku bantu bawa piring," ucap Arsen.
"Nggak usah, aku bisa sendiri."
"Jangan nolak, semesta aja cemburu aku perhatian ke kamu." Arsen berucap lalu mengambil alih piring yang ada di tangan Elina.
Hati Elina berdesir, dari kemarin suaminya itu memang sedang suka menggombal. Bahkan Elina tak habis pikir, Arsen yang dulu dingin bisa berubah sehangat ini.
Mereka makan malam dengan khidmat. Makanan yang Elina masak memang hanya sedikit, takut jika tidak habis. Selesai makan Arsen membantu Elina mencuci piring. Waktu masih menunjukkan pukul 20.20, Elina bilang ia masih belum mengantuk. Kakinya menyusuri ruangan dan berhenti di sofa ruang santai. Mengambil remotivi dan menyalakan layar lebar di depannya.
Elina terlalu fokus dengan adegan yang ada di depannya sampai melupakan Arsen yang kini berada di sampingnya. Arsen berdecak lalu mengambil alih remotivi di tangan Elina lalu mematikan tv di depannya. Elina menatap tajam Arsen meminta penjelasan atas apa yang ia lakukan. Perempuan itu mencebikkan bibirnya lalu berusaha merebut remotivi di tangan Arsen.
"Udah malem, kita tidur aja." ucap Arsen lalu menggendong Elina ala bridal style.
Arsen mematikan lampu kamar lalu menurunkan istrinya di tempat tidur. Menarik selimut tebal guna melindungi tubuh mereka dari dinginnya udara malam ditambah di luar sedang hujan deras. Baru saja ia ingin memejamkan mata, tiba-tiba bunyi panggilan dari ponselnya membuatnya mau tak mau harus bangkit guna mengangkat. Sejenak ia hanya melihat nama yang tertera di layar ponselnya tanpa ada niatan ingin mengangkat.
"Siapa?" tanya Elina yang sedari tadi melihat suaminya hanya terdiam memandangi ponsel.
Arsen terdiam, ia menatap mata istrinya yang penuh akan tanya.
"Siapa, sayang?" tanya Elina sekali lagi.
"Sheila."
Elina mematung mendengar jawaban Arsen. Ada apa gerangan yang membuat Sheila menelfon suaminya malam-malam begini?
Perempuan itu tersenyum lalu berkata, "Angkat aja, siapa tau penting."
Arsen segera menekan tombol hijau guna menjawab panggilan tersebut. Raut wajah yang tadinya santai berubah menjadi cemas. Keningnya berkerut membuat kedua alis tebalnya menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade: Jejak Rindu
Teen Fiction"Aku hamil." "Gue mau lo gugurin kandungan lo! Dan masalah selesai." Hanya karena rasa cemburu di hati Arsen membuatnya gelap mata sampai merenggut kesucian Elina, pacarnya sendiri. ______ 2020