dua puluh

145 4 4
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, rutinitas pagi Elina hari ini adalah memasak dan tak lupa membangunkan suaminya yang masih tertidur lelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari-hari sebelumnya, rutinitas pagi Elina hari ini adalah memasak dan tak lupa membangunkan suaminya yang masih tertidur lelap.

"Sayang, bangun. Udah siang lho, kamu hari ini kan kerja."

Arsen yang masih menikmati mimpinya itu membuka matanya perlahan. Bibirnya melengkung menciptakan senyum manis kala melihat Elina. Ahh, rasanya amat menyenangkan setiap ia membuka mata selalu disambut dengan wajah cantik istrinya.

Pemuda itu merenggangkan tubuhnya lalu duduk menghadap Elina.

"Hari ini aku nggak kerja, mau seharian sama kamu."

Elina memelototkan matanya merubah ekspresi wajahnya menjadi garang. Namun bagi Arsen ia malah terlihat lucu dan menggemaskan. Arsen menahan tawanya, istrinya ini mau bagaimanapun akan terlihat lucu.

"Besok kan ana weekend jadi kita bisa ngehabisin waktu berdua. Jadi kamu hari ini harus kerja!" Elina menarik-narik tangan suaminya agar berdiri dari ranjang.

"Kalo aku berangkat kerja, apa yang bakal kamu kasih ke aku?"

Pertanyaan Arsen membuat pipi Elina memerah, ia memalingkan wajahnya menahan rasa malu.

Arsen bangkit dari duduknya, diciumnya pipi istrinya lalu turun ke leher putih mulus itu.

"Kenapa malu, hm?"

"Enggak kok, mending kamu mandi deh. Aku udah siapin sarapan," ucap Elina lalu pergi keluar.

Arsen turun dengan jas yang disampirkan di bahunya. Ia menuju meja makan yang sudah ada Elina menunggu. Ia tersenyum simpul lalu mengecup bibir manis istrinya. Memakan dengan lahap namun arah matanya tertuju pada Elina.

Elina yang merasa dirinya diperhatikan oleh Arsen berkata, "Ngapain sih liat-liat!"

"Lagian kamu manis banget, kan jadi candu liatnya." Arsen terkekeh di akhir ucapannya.

Elina mencebikan bibirnya tak menggubris ucapan Arsen, karena ia tahu jika ia maladeni Arsen bisa-bisa suaminya itu tak jadi berangkat bekerja.

Setelah selesai dengan sesi sarapan, Elina mengantar Arsen ke depan. Ia mencium punggung tangan suaminya lalu dirasakan ciuman yang cukup lama di dahinya.

"Hati-hati ya!"

"Siap sayang!" ucap Arsen lalu memberikan hormat.

Di perjalanan menuju kantor Arsen senyum-senyum sendiri, mungkin jika kaca mobilnya dibuka orang-orang yang melihatnya akan menganggap gila. Ia menyetel musik pop menambah senang suasana hatinya. Bahkan saat sampai di kantor senyumnya pun belum pudar. Setiap bertemu para karyawannya ia selalu melempar senyum. Membuat beberapa karyawan bingung, karena biasanya bossnya ini selalu memasang wajah datar dan dingin.

Arsen mendaratkan pantatnya ke kursi empuk itu. Menyandarkan punggungnya lalu menengadah kan kepalanya menatap lampu yang menggantung di atap.

Kalau tau nikah sama Elina akan sebahagia ini, gue bakal nikahin dari dulu. batin Arsen.

Saudade: Jejak RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang