Tak terasa hari berganti, minggu pun berlalu. Sekarang kandungan Elina sudah menginjak empat bulan. Dia sedang duduk di sofa sambil mengelus perutnya yang semakin membesar.
Kemarin ia baru saja mengadakan acara syukuran empat bulanan. Adik-adiknya dan sahabat-sahabatnya datang untuk berdoa bersama. Suasana rumah terasa lebih hidup dari biasanya, dipenuhi tawa dan harapan yang meluap.
"Sayang," rengek Arsen menuruni tangga, rambutnya yang mulai panjang basah karena keramas.
Ia duduk lalu mencium perut Elina.
"Anak Ayah, sehat terus ya. Jagain bunda juga ya, Ayah nggak sabar buat ketemu kamu."
Elina tersenyum mendengar perkataan Arsen. Ia sangat mencintai keluarganya, suasana hangat dan nyaman selalu menyertainya. Ia mengelus rambut Arsen yang masih basah. Lelaki yang berhasil membuat ia yakin menjatuhkan hatinya. Bersama Arsen Elina selalu merasa aman.
"Rambut kamu udah panjang, nih. Potong yuk,"
Arsen mendongak menatap Elina, mengambil jemari istrinya lalu dicium.
"Besok aja deh, pulang dari kantor. Sekarang aku mau ngehabisin hari liburku sama permataku."
"Iya deh terserah kamu, yang penting rapih."
Bagi Arsen Elina berharga layaknya permata, walaupun permata seindah apapun tak akan bisa menandingi berharganya Elina. Semenjak kejadian hari itu, di mana saat ia harus merawat Sheila yang sedang sakit dan meninggalkan istrinya sendiri. Ia jadi tak ingin mengulangi kesalahannya. Setiap weekend akan selalu ia habiskan bersama Elina meskipun hanya menonton tv, namun itu semua sudah sangat berharga.
Tiba-tiba, Elina bergumam, "Sayang, aku pengin mangga muda, deh..."
Arsen langsung bangkit dengan sigap. "Siap, yang. Tunggu sebentar, aku beliin."
"Tapi aku maunya mangga punya Pak Hardi," ucap Elina menghentikan langkah Arsen.
Lagi?
Saat itu seblak bertopping bobba, sekarang mangga milik Pak Hardi. Bukannya tak mau, tetapi Pak Hardi mempunyai anjing galak yang jika bertemu orang selalu menggonggong. Bahkan ada cerita bahwa banyak orang yang dikejar anjing galak itu karena ketauan ingin mengambil mangga tanpa izin.
"Sayang, tapi ada anjing."
Elina memutar bola matanya malas. Suaminya ini terlihat sangar namun dengan anjing saja ia takut.
"Ya kamu izin dulu lah."
Arsen hanya bisa pasrah, jika ia menolak pasti istrinya akan merajuk dan tak bicara dengannya seharian. Daripada dicuekin Elina lebih baik ia berhadapan saja dengan anjing galak milik Pak Hardi.
Dengan berani ia menuju ke rumah Pak Hardi. Baru saja sampai gerbang, nyalinya mulai menciut hanya karena melihat anjing yang sedang tidur. Ia meneguk ludahnya kasar. Baru kali ini ia melihat dengan jelas anjing galak itu, badannya cukup besar warnanya hitam terdapat warna putih di bagian perut.
Di depan rumah Pak Hardi, Arsen berdiri diam memandang anjing yang tertidur lelap di halaman. "Aduh... beneran galak, nih?" gumamnya, berusaha menyusun strategi.
"Bismillahirrahmanirrahim."
Ia berjalan dengan hati-hati agar tak membangunkan penjaga.
"Permisi, Pak Hardi." Arsen mengetuk pintu tak lama pemilik rumah keluar.
"Ada apa?" tanya pria paruh baya itu, badannya kekar dengan kumis tebal menghiasi wajahnya.
Anjing sama pemilik sama-sama galak.
"Saya izin minta mangga mudanya, Pak. Istri saya ngidam pengin mangga itu." Arsen menunjuk pohon mangga yang rimbun akan buah.
"Silakan."
Setelah mendapat izin Arsen langsung berjalan ke pohon mangga. Namun langkahnya terhenti saat melihat anjing Pak Hardi ada di bawah dan masih tertidur.
Arsen berjalan sangat hati-hati, tetapi anjing itu seperti bisa mengetahui pergerakan Arsen. Dapat ia dengar bahwa anjing itu tengah mengeram.
Nggak lama lagi pasti tuh anjing bakal ngejar gue. batinnya.
Arsen segera memanjat pohon mangga dengan panas dingin. Ia menatap ke bawah, anjing galak itu menggonggong keras untung saja anjing itu diikat.
Arsen mencoba menenangkan dirinya. "Ya ampun, anjing ini tau aja ada orang. Aduh, gue nggak siap nih."
"Maju sini, gue punya Elina lo jomblo kan? Mampus!"
Guk Guk Guk
"Apa si njing, gue tampol juga lo," ucap Arsen menakuti.
Bukannya membuat takut, justru anjing itu terus menggonggong bahkan lebih keras.
Arsen pasrah lalu berkata, "Sayangku Elina, maafkan diriku telah gagal dalam pertempuran ini."
Namun tiba-tiba hening, suara gonggongan anjing itu seolah musnah dari muka bumi. Arsen melihat ke bawah, anjing itu sudah tidak ada. Tak mau membuang kesempatan, ia segera turun lalu ingin meminta tolong Pak Hardi untuk mengambilkan mangga.
"Lho sayang, kamu ngapain ke sini?" tanya Arsen sedikit terkejut.
"Aku ke sini karena takut kamu diapa-apain sama blacky." Elina menunjuk anjing yang ternyata bernama Blacky.
Blacky yang melihat Arsen kembali menggonggong membuat ia kaget.
"Blacky duduk!" ucap Pak Hardi yang langsung membuat anjingnya menjadi anteng.
"Sebentar, saya petikan mangganya." Pak Hardi mengambil galah lalu mengarahkannya pada mangga muda, ada lima mangga yang jatuh.
Arsen langsung mengambil mangga itu lalu dimasukkannya ke kantong plastik yang Elina bawa dari rumah.
"Terima kasih ya Pak Hardi," ucap Arsen.
"Ya," jawab Pak Hardi singkat.
"Gue kira tadi ni orang galak, ternyata baik juga." gumam Arsen.
Pak Hardi yang sedikit mendengar mengangkat satu alisnya. "Apa?"
"Nggak apa-apa, Pak. Kalo gitu kami pulang dulu, permisi." pamit Arsen.
"Kamu kenapa si ngomong kayak gitu nanti Pak Hardi denger tersinggung lho." kata Elina ketika sudah jauh dari rumah Pak Hardi.
"Ya abisnya, kepalanya botak badannya kekar sama kumis tebel siapa coba yang nggak takut? Keliatannya si emang galak tapi ternyata baik."
"Makannya jangan nilai seseorang dari penampilannya aja."
Elina mengelus perutnya. "Sayang, besok kamu jangan kayak Ayah ya."
"Kenapa nggak boleh? Kan Ayahnya ganteng," Arsen menimpali dengan wajah songongnya.
Elina mendengus lalu mempercepat langkahnya. Tidak ingin berdebat dengan suaminya yang keras kepala itu sedangkan Arsen hanya tertawa geli.
"Jangan ketawa! Nggak ada yang lucu."
"Ada kok,"
"Apa?"
"Kamu."
Ucapan Arsen membuat pipi Elina merah. Ia menggigit bibirnya menahan senyum. Tentu saja hal tersebut membuat Arsen tambah gemas dengan istri mungilnya ini.
"Cepet ah, aku pengin makan mangganya."
"Iya, sayang."
Mereka menghabiskan sisa hari libur ini dengan gembira. Terkadang Arsen menggoda Elina dan yap, wajah istrinya itu pasti akan selalu merah karena malu. Arsen suka melihat pemandangan itu. Elina juga membalas dengan mengungkit kejadian tadi siang, tetapi Arsen tak terima dan malah membela dirinya sendiri bahwa ia sebenarnya berani namun ia hanya malas.
~tbc~
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade: Jejak Rindu
Novela Juvenil"Aku hamil." "Gue mau lo gugurin kandungan lo! Dan masalah selesai." Hanya karena rasa cemburu di hati Arsen membuatnya gelap mata sampai merenggut kesucian Elina, pacarnya sendiri. ______ 2020