dua puluh tujuh

44 6 5
                                    

Tak terasa hari berganti menjadi minggu dan minggu pun berubah menjadi bulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak terasa hari berganti menjadi minggu dan minggu pun berubah menjadi bulan. Usia kandungan Elina sudah memasuki 8 bulan. Padahal rasanya baru saja kemarin ia USG dan mengetahui bahwa hasilnya adalah perempuan. Dan sekarang anak cantiknya itu akan lahir ke dunia, ia tak sabar bisa melihat anaknya dan menyaksikan dari kecil sampai dewasa. Ia akan menjadi ibu yang baik dan akan selalu mencurahkan rasa sayangnya, tak ingin anaknya sama seperti nya. Besar tanpa kasih sayang orang tua.

Kini Elina sedang duduk di sofa sambil menonton televisi yang menayangkan kartun dua bocah botak. Sesekali ia tertawa karena tingkah bocah itu.

"Sayang, aku buatin kamu jus jambu ni." ucap Arsen dari arah dapur lalu duduk di sebelah istri manisnya.

Elina mengambil gelas yang ada di Arsen lalu meminumnya.

"Enak."

Arsen tersenyum bangga, sudut bibirnya tertarik ke belakang membentuk senyuman.

"Siapa dulu yang buat?"

Elina memutar matanya malas lalu menjawab, "Guntur Arsen Fernando, suamiku yang paling ganteng sedunia."

Arsen nyengir menampilkan gigi rapihnya. Ia menarik tangan Elina mengelus lembut lalu dicium. Matanya menatap Elina dalam membuat sang istri salting dan tak kuat melakukan kontak mata dengannya.

"Aku sayang banget sama kamu. Jangan tinggalin aku, ya." pinta Arsen lalu memeluk perut besar Elina.

Elina mengelus rambut Arsen yang sudah panjang menutupi telinga.

"Aku nggak bakal ninggalin kamu, malah aku yang takut kamu bakal ninggalin aku."

Tangan Elina kini beralih menangkup wajah Arsen yang mendongak menatapnya. Mengelus pelan bibir tebal suaminya yang tiap hari selalu mengeluarkan kata-kata romantis bahkan sampai membuatnya geli.

Arsen menggenggam tangan mungil istrinya lalu mengecupnya lama seakan tak ada hari esok lalu mendudukkan dirinya tepat di samping Elina, merengkuh tubuh kecil istrinya seraya berbisik, "Aku nggak bakal ninggalin kamu, kamu duniaku. Gimana bisa aku ninggalin duniaku sendiri? Aku bakal hidup kayak apa kalo itu terjadi?"

Elina membalas pelukan Arsen sembari mengusap punggung tegapnya. Jantungnya berdebar lebih cepat setelah mendengar penuturan suaminya itu. Ia hanyut dalam rasa hangat yang Arsen berikan sampai tak sadar dirinya tertidur pulas dengan kepala yang disembunyikan di ceruk leher Arsen.

~

Elina mengerjapkan matanya memfokuskan penglihatan kala cahaya dari luar jendela masuk. Terlihat Arsen sedang membuka gorden dengan hanya mengenakan celana kolor sehingga bagian atas tubuhnya terlihat. Elina takjub melihat pahatan otot perut yang dia hitung ada enam. Walaupun setiap hari ia melihat pemandangan ini, tetapi tetap membuatnya kagum.

"Ekhm. Jangan diliatin terus nanti akunya malu, sayang."

Perkataan Arsen membuat Elina terjengit kaget. Kini pipinya merona, ia malu karena ketauan sedang memandang suatu yang indah. Ia melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Ia baru sadar bahwa tadi pagi sehabis minum jus dirinya ketiduran di pelukan Arsen.

Saudade: Jejak RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang