sebelas

360 11 2
                                    

Sinar mentari pagi menembus celah jendela membuat Elina sedikit terusik dan membuka matanya perlahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar mentari pagi menembus celah jendela membuat Elina sedikit terusik dan membuka matanya perlahan. Sudah pukul 05.40 pagi, ia segera bangun untuk membantu Ibu nya menyiapkan sarapan.

Saat ia sampai di dapur, di sana sudah ada Fara dan Tiara. Mereka sedang memasak telur balado.

"Tadi kita mau bangunin lo, tapi lo pules banget jadi nggak tega." ucap Tiara sambil menabur garam ke wajan di atas kompor.

Elina mendekat bersiap untuk membantu."Ada yang perlu aku bantu?"

"Nggak ada, semua hampir beres. Udah sana lo mandi, nanti kan harus fitting baju," kata Fara yang sedang mencuci baskom kotor.

Sebelum Elina mandi, ia pergi ke luar sekadar untuk menghirup udara pagi yang segar. Matanya memejam menikmati hangatnya sinar matahari. Ia teringat saat masih sekolah, suasana pagi seperti inilah yang membuat ia semangat.

Dengan langkah pelan ia melihat-lihat bunga mawar yang mulai bermekaran. Sangat cantik, ingin rasanya ia memetik namun duri-duri tajam seakan melindungi tuan putrinya. Elina mendengus sebal, kenapa ia harus cemburu dengan bunga kan sebentar lagi ia juga akan punya pelindung.

Elina masuk ke rumah setelah melihat matahari yang semakin tinggi. Sebenarnya ia sangat malas untuk mandi. Ia membuang waktu sekitar 10 menit untuk melamun mengumpulkan niat mandi.

Elina menatap dirinya di cermin. Ternyata dirinya sangat cantik. Matanya yang memancarkan kehangatan membuat Arsen jatuh cinta saat pertama kali bertemu, ternyata cinta pandangan pertama itu ada. Dia Memutar-mutar kan tubuhnya merasa seperti seorang model.

Tak mau membuang waktu ia segera keluar. Ternyata di ruang tamu sudah ada Arsen menunggu. Lelaki dengan kemeja bergaris-garis itu duduk dengan tangannya yang asik bermain ponsel.

"Serius amat, sampe aku dateng kamu nggak sadar." Elina duduk di samping Arsen sambil cemberut.

Arsen segera mematikan dan menaruh ponselnya di saku kemeja. Tubuhnya menghadap Elina, mencubit pipi chubby kekasihnya itu.

"Kenapa sih bumil? Masih pagi loh ini, kenapa mukanya ditekuk begitu?"

Elina tak bergeming, ia menatap tembok di depannya dengan wajah marah. Bukannya menyeramkan namun di mata Arsen sangat manis.

"Ayo makan dulu," ucap Bu Asih dari arah dapur.

Elina pergi terlebih dahulu membiarkan Arsen tertinggal. Arsen sengaja duduk di dekat Elina membuat Elina semakin kesal. Ia juga tak tahu kenapa tiba-tiba emosinya tidak stabil, mungkin karena hormon ditambah ia sedang hamil.

Saudade: Jejak RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang