Hari ini Arsen dan Elina sedang berada di bandara untuk menjemput orang tua Arsen. Dua hari yang lalu Arsen meminta orang tuanya untuk pulang ke Indonesia.
"Mamah bisa nggak ke Indonesia besok?" tanya Arsen dari ponsel mahalnya.
"Emang kenapa sih, sayang? Pasti kangen sama Mamah." jawab wanita yang berada di negeri kangguru.
"Ada hal penting yang harus Arsen bicarain sama Mamah dan Papah. Bisa kan Mah besok?"
"Besok Papah nggak bisa sayang soalnya ada rapat, gimana kalo lusa?" tawar wanita itu tak mau membuat anak laki-laki nya sedih.
Senyum Arsen mengembang mendengar jawaban dari Mamahnya itu.
"Oke, Mah besok Arsen jemput yah. See you!"
"See you too." balasnya sebelum mengakhiri panggilan.
Sudah tiga puluh menit Arsen dan Elina menunggu. Langit yang tadinya warna biru cerah kini mulai dikuasai oleh jingga. Ya, hari sudah sore namun orang tua Arsen belum terlihat juga. Pemandangan orang yang lalu lalang membuat mereka mengantuk.
Arsen menggenggam tangan Elina hangat. "Jangan takut, orang tua aku nggak gigit kok. Apa lagi yang pipinya tembem kayak gini." Ia mencium pipi kekasihnya gemas.
Elina yang masih kenal tempat mendorong wajah Arsen begitu saja. "Ih, malu tau! Banyak orang!"
Arsen terkekeh sambil matanya menyisiri bandara. Berharap orang tuanya cepat datang. Dari kejauhan ia melihat Mamahnya sedang berjalan sambil membawa koper besar bewarna merah.
"Sayang, itu Mamah aku." Arsen berdiri dari duduknya.
"Aku ke Mamah aku dulu, ya. Kamu tunggu di sini," sambungnya lalu menyusul mamahnya membantu membawa koper.
"Sayang, ini siapa?" tanya Mamah Arsen bingung saat melihat Elina.
"Ini pacar aku Mah namanya Elina. Sayang kenalin ini Mamahku."
Elina menatap wanita yang terlihat cantik walaupun umurnya sudah sekitar 40 tahunan, namun belum ada kerutan di wajahnya. Mungkin jika dia memakai seragam SMA masih pantas. Entah skincare apa yang ia pakai. Pastinya bukan skincare yang murah dan abal-abal.
"Hai Tante saya Elina." Elina memperkenalkan diri lalu mengecup punggung tangan calon mertuanya.
"Eitss, jangan panggil tante. Panggil Mamah Vania aja ya, cantik." ucap Vania--Mamah Arsen.
"Iya, Mah." Elina tersenyum senang, ternyata benar kata Arsen Mamahnya sangat ramah dan baik.
"Papa mana, Mah?" tanya Arsen yang sejak tadi tak melihat batang hidung Papahnya.
"Lagi ke toilet."
Arsen hanya menganggukkan kepala sambil menatap Elina yang sejak tadi hanya diam. Hoodie miliknya yang kebesaran dipakai Elina membuat kekasihnya itu nampak lebih imut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade: Jejak Rindu
Teen Fiction"Aku hamil." "Gue mau lo gugurin kandungan lo! Dan masalah selesai." Hanya karena rasa cemburu di hati Arsen membuatnya gelap mata sampai merenggut kesucian Elina, pacarnya sendiri. ______ 2020