dua puluh delapan

45 4 6
                                    

Pagi ini, saat matahari mulai mengintip dari balik tirai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, saat matahari mulai mengintip dari balik tirai. Bunyi detik jam yang sekan menjadi musik tidur untuk dua sosok yang masih terlelap di bawah selimut hangat. Namun, kenyamanan itu terganggu oleh suara alarm yang tiba-tiba berdering. Sang istri membuka matanya perlahan, mencari ponsel suaminya di meja samping tempat tidur untuk mematikan bunyi yang memecah keheningan. Ia mencebikan bibirnya kesal. Sepertinya alarm itu gunanya untuk membangunkan sang istri yang bertugas membangunkan suaminya.

"Bangun, sayang." Elina mengguncang pelan tubuh Arsen.

Arsen masih terlelap tanpa merasa terganggu sehingga membuat Elina geram dan langsung mencubit lengan suaminya itu. Ia langsung bangkit tak peduli dengan teriakan kesakitan suaminya.

"Bangun, hari ini kamu kerja." Elina berkata sembari membuka tirai mengizinkan sinar matahari masuk.

“Ya, sayang. Ini hari Senin,” jawab Arsen lembut, sambil berjalan mendekati istrinya.

Arsen meletakkan kepalanya di ceruk leher Elina, menghirup wangi yang selalu membuatnya rindu. Mereka berdua tahu, hari ini adalah awal dari minggu yang panjang, penuh dengan rutinitas dan pekerjaan.

"Weekend masih lama ya, sayang."

Elina menatap Arsen sinis. "Baru kemarin lho hari minggu. Masa udah nggak sabar libur lagi."

Sebenarnya hari ini Arsen ingin sekali menghabiskan waktu bersama Elina. Dia bisa saja bolos berangkat ke kantor, tetapi nanti orang tuanya akan mengomelinya dan berkata, "Mau dikasih makan apa istri sama anakmu kalo kamu males kerja."

Dengan semangat yang dipaksakan, mereka mulai bersiap-siap untuk mengawali hari. Dimulai dari Arsen yang mandi hingga Elina memasak sarapan.

"Sayang, ternyata tadi malem Sheila chat aku. Katanya pagi ini, dia pulang ke Indonesia. Terus aku disuruh jemput, menurut kamu gimana?"

Arsen memakan rotinya sembari takut dengan reaksi yang akan diberikan istrinya.

Elina tersenyum. "Jemput aja, aku percaya kok sama kamu."

"Beneran?" tanya Arsen nemastikan.

Elina mengangguk sembari membawa gelas kotor untuk dicuci.

Arsen memeluk Elina dari belakang. "Aku berangkat ya sayang. Mungkin nanti bakal telat pulang karna jemput Sheila."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saudade: Jejak RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang