Sabtu pagi ini, Tiara dan Fara berencana mengunjungi rumah Elina. Menjenguk sahabatnya yang belum lama ini kabur.
"Elina, gue khawatir banget sama lo!" Tiara memeluk Elina sambil menangis. "Lo nggak kenapa napa kan?" Ia memeriksa tubuh Elina, mulai dari wajah sampai kaki.
"Kenapa lo nggak angkat telfon gue?" sambungnya sambil menangis terisak.
Fara menatap malas Tiara. Sejak Tiara mendengar kabar Elina kabur, ia tak berhenti menangis. Sepanjang hari yang mereka bahas hanya Elina. Apakah Elina sudah makan? Di mana Elina tidur? Sampai telinga Fara sakit mendengar celotehan sahabatnya itu.
"Rencana pernikahan lo gimana, Lin?" tanya Fara tangannya sibuk memencet tombol game di ponselnya.
"Belum dibahas. Nanti siang Arsen bakal datang sama orang tuanya ke sini," jawab Elina apa adanya.
"Kalo misalkan lo nikah, gue sama Fara yang bakal ngurusin dekorasinya. Lo Terima beres aja," tawar Tiara bersemangat.
Mereka menghabiskan waktu sampai siang bersama. Bercerita tentang segala hal yang mungkin Elina lewati. Bahkan membuat kue untuk disajikan ke tamu nanti. Sampai waktu orang tua Arsen akan tiba, Tiara dan Fara segera membantu Elina bersiap-siap.
"Lin, cepet mandi! Tangan gue nggak sabar buat make up in muka lo." ucap Tiara lalu menarik Elina ke kamar mandi dan langsung menutup pintu.
~
"Mah, ayo Mah. Jangan lama-lama," ucap Arsen sambil mengusir kejenuhannya dengan bermain handphone.
Sudah hampir 40 menit ia menunggu sang ibunda keluar kamar. Apakah wanita harus selama itu dalam berdandan? Padahal mereka hanya ke rumah Elina untuk membicarakan pernikahan, bukan datang ke acara karnaval.
Arsen menghembuskan nafasnya jengah, menyugar rambutnya yang mulai panjang. Ia berpikir untuk memanjangkan rambutnya. Namun, Elina pasti akan menolak bahkan memarahinya. Perempuan itu lebih menyukai rambut yang pendek karena menurutnya itu terlihat lebih rapih.
Tak ... Tak ... Tak ...
Suara sepatu terdengar dari arah tangga. Arsen tersenyum lega, akhirnya Mamahnya sudah selesai berurusan dengan make up-nya itu.
"Papah di mana, Sen?" Vania bertanya dengan wajahnya yang segar. Mungkin ia bahagia karena sebentar lagi bertemu dengan calon menantunya.
"Udah nunggu di mobil, Mah." Arsen menggandeng tangan Mamahnya untuk berjalan bersama.
Sesampainya di depan sudah terparkir mobil mewah dan supir yang siap mengantarkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade: Jejak Rindu
Teen Fiction"Aku hamil." "Gue mau lo gugurin kandungan lo! Dan masalah selesai." Hanya karena rasa cemburu di hati Arsen membuatnya gelap mata sampai merenggut kesucian Elina, pacarnya sendiri. ______ 2020