2. Chill With Guest

1.4K 135 7
                                    


Rhys menatap layar smartphone di tangannya, kemarin dia menyapa salah satu pelanggan tetapnya. Basa-basi menanyakan kabar dan kapan akan main ke club'. Bukan hanya soal perhatian, tapi merupakan salah satu trik marketing. Saling menyapa dan sekedar bilang Rhys menunggu kedatangannya bila perempuan itu ada waktu. Dan voila, dengan segera perempuan itu membalas dia akan datang esok hari. Dan malam ini Rhys tidak akan menerima tamu, dia hanya akan menunggu perempuan itu.

"Selamat malam, rambut baru? cantik banget, I love that bangs." Sapa Rhys ketika perempuan yang berambut panjang bergelombang itu datang.

"Aku habiskan waktu berjam-jam cuma untuk rambut ini Rhys, matamu emang jeli." Balas perempuan itu dengan senang

"Apa kabar?" tanya Rhys dengan sopan menyodorkan welcome drink.

"Seperti yang kamu lihat, masih sehat dan cantik." Jawab perempuan itu sembari menerima gelas minuman yang disuguhkan oleh Rhys dengan sopan.

"Aku percaya, sudah lama gak mengunjungi aku di sini. Sibuk?" tanya Rhys basa-basi.

"Belakangan aku sibuk mengunjungi beberapa negara. Konferensi demi konferensi melelahkan jiwa." Perempuan itu menjawab dengan sesekali menyesap minumannya.

"Kamu wanita yang hebat," Rhys memuji sekali lagi, apalagi yang perlu dia lakukan. Sebagai host dia hanya perlu membuat nyaman pelanggannya dan membuat mereka terus kembali ke club' dan menghabiskan uangnya.

"Kamu pintar muji Rhys, bibir udah kayak gula." gumam perempuan itu tersenyum senang sekali lagi.

"Hasil konferensi itu? Semua lancar?" tanya Rhys sembari meletakkan tangannya di belakang punggung perempuan itu.

"Ada beberapa masalah, tapi bisa aku atasi. Kamu kan tau aku bukan orang bodoh." Jawab perempuan itu yang merasa nyaman dengan tangan hangat yang melingkar di pundaknya.

"Aku paham, senang bisa mengenalmu. Gak banyak wanita hebat seperti kamu di muka bumi ini." Balas Rhys membelai rambut indah panjang tergerai yang tadi dia puji habis-habisan itu.

Perempuan yang duduk di sebelah Rhys itu menyandarkan sikunya di atas meja. Perempuan berparas cantik itu menatap Rhys dengan pandangan yang menyenangkan. Dia suka datang ke club', dulu hanya untuk minum saja melepas penat. Ada seorang temannya merekomendasikan tempat ini, setelah berkunjung dia memutuskan memilih salah satu host untuk menemaninya minum. Seorang pria yang tampak cerdas tapi juga menawan.

"Dan aku juga menyukaimu, kamu cerdas. Kamu bisa imbangi setiap topik yang aku bicarakan." Perempuan itu bersandar dengan manja di bahu Rhys.

Perempuan itu memang tidak asal memuji, sekali waktu dia pernah bicara tentang politik dan Rhys bisa menanggapi dan memberikan pandangannya. Pernah juga perempuan itu membicarakan tentang gender dan feminism, Rhys dengan sabar mendengar tanpa memotong. Entah karena tuntutan pekerjaan atau memang dia seperti itu perempuan itu tidak perduli. Selama Rhys bisa membantu melepas penatnya dan membuatnya nyaman, dia akan membayar semuanya. Terlalu banyak pria palsu di luar sana, lebih baik berkencan dengan seorang host. Dia cuma perlu uangmu saja.

Rhys juga manusia biasa, begitu dipuji dia juga bahagia. Menemani perempuan ini kadang membuat Rhys merasa sedikit pintar. Tamu itu memang beragam, terkadang Rhys harus menahan kesabaran hanya untuk mendengar obrolan basa basi tanpa isi. Ada yang cuma mau pamer kekayaan, ada yang membutuhkan pengakuan, juga ada yang hanya butuh teman bicara. Kesabaran Rhys harus berlapis dan dibungkus dengan sempurna. Dengan selalu memasang senyum dia akan berusaha membuat kliennya merasa istimewa

"Kalo gitu ... kamu mau pesan minum?" tanya Rhys tanpa basa basi.

Perempuan itu segera tersenyum, tentu saja Rhys tidak akan basa-basi. Memang itu pekerjaan dia, dia menyukai Rhys, hanya sekedar suka. Rhys tidak pernah bersedia ketika diajak menemaninya bepergian ketika dia perlu keluar negeri beberapa waktu. Rhys juga meminta maaf ketika perempuan ini mengajaknya tidur. Sayang sekali, padahal sesekali perempuan itu penasaran, bagaimana penampakan tubuh di balik kemeja itu.

"Malam ini kamu kosong?" tanya perempuan itu mencoba sekali lagi.

"Kamu tahu pekerjaanku seperti apa, maaf aku cuma bisa temani kamu di sini saja," tolak Rhys secara halus.

"Sayang sekali," gumam perempuan itu yang kecewa usahanya tidak berhasil lagi.

"Gimana kalo kamu di sini sampe club' tutup, aku akan mendongeng," rayu Rhys berusaha mencairkan suasana.

"Dongeng apa? Aku gak suka Cinderella atau putri duyung," gumam perempuan itu dengan menatap Rhys dengan senyum menggoda.

"Dongeng lokal saja, babi mencuri timun mungkin," ucap Rhys dengan membalas tatapan perempuan itu dengan lembut.

"Itu kancil," sahut perempuan itu dengan segera.

"Sejak kapan berubah?" tanya Rhys sok polos.

"Rhys, kamu ngelawak?" tanya perempuan itu sambil tertawa.

"Kamu mau minum apa?" tanya Rhys yang segera membelokkan percakapan.

"Kamu mau aku minum apa? Pilihkan saja, kamu tau seleraku." Jawab perempuan itu juga tanpa basa-basi.

Rhys tersenyum samar, tentu saja dia mengingat semuanya. Dia menggunakan seluruh kapasitas otaknya untuk menyimpan banyak hal, termasuk apa saja yang digemari oleh pelanggannya. Dengan demikian seluruh pelanggannya akan merasa diistimewakan. Dan memang begitulah bisnis ini berjalan. Dan untuk perempuan cerdas ini, mungkin sebotol red wine dari Maison Leroy tidak berlebihan.

 Dan untuk perempuan cerdas ini, mungkin sebotol red wine dari Maison Leroy tidak berlebihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be continued

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang