23. Reveal

857 84 80
                                    

Bi-train yang ditawarkan itu tidak bisa diterima tapi juga tidak mungkin bisa ditolak. Sebuah acara threesome dengan dua lelaki dan satu wanita, bertumpuk seperti sandwich dan dia yang berada di tengah seperti keju meleleh, yang benar saja. Meski sekarang dia bisa bermain dengan lelaki maupun wanita tapi langsung bersama bertiga baginya tetap aneh. Hasrat itu tidak jadi terpuaskan, Rhys beranjak meraih kaos juga celana. Meninggalkan wanita itu dan menyuruh Vlad mengantarnya pulang.

Padahal sudah kelewat sange, tapi Romeo mengganggu saja. Sudah berada di ujung  mungkin tinggal olahraga sedikit lagi tubuhnya akan berpijar nikmat, tapi suara orang itu dan belaiannya membuat Rhys menjadi turn off. Keringat itu bahkan beberapa kali masih menetes dari ujung rambutnya, permainannya setengah jalan. Entah bagaimana dengan wanita itu, semoga Vlad membereskannya dan Rhys tidak mau tahu. Setidaknya tidak perlu kuatir karena Romeo hanya cemburu dengan pria.

Pintu kamarnya terbanting keras, dia adalah babi dan berada dalam kubangan lumpur. Memang tidak salah lagi, dirinya memang semenjijikkan itu, dan lagi ini bukan lingkungan yang bagus. Rhys duduk di ujung ranjang dengan pikiran terbang. Florence yang cantik itu sedang apa, Rhys rindu. Keluarga mbak Nabila yang hangat juga putrinya yang cantik, mereka bagaimana kabarnya. Rhys meninggalkan mereka dengan jaminan hidupnya. Kenapa dunia bisa sekejam ini.

"Rhys," panggil Romeo pelan.

"Sebaiknya kau keluar, jangan ganggu!" seru Rhys ketus.

Bukan Romeo kalau dia terintimidasi oleh kalimat kasar yang dilontarkan oleh Rhys. Bukankah kekasihnya ini pernah hampir membunuhnya 2x, tapi pengampunan itu tetap ada. Dia mencintai Rhys segenap jiwa, bekas luka di pinggangnya yang baru mengering itu hanya salah satu contoh. Tembakan itu terarah kepada Rhys dan tidak ada waktu untuk menariknya, yang bisa dilakukannya hanyalah melindunginya di balik tubuhnya.

"Aku mengganggu?" tanya Romeo perlahan.

"Ya, kamu gak pernah liat orang sedang bercinta?" tanya Rhys kasar.

"Hanya menawarkan pengalaman yang lain," kata Romeo mendekat.

"Pengalaman apa?! Orang gila," balas Rhys sewot.

Wajah polos dengan kemarahan itu entah kenapa membuat gairahnya muncul lebih besar daripada yang tadi. Apalagi dirinya sedang berdiri dan Rhys hanya duduk diam saja. Naluri seorang dominant segera terpantik dan nafasnya sedikit berat. Lelaki yang duduk di hadapannya ini kenapa bisa begini menggoda, bahkan peluh itu terlihat begitu seksi. Romeo meraih dagu dan mencium.

Meski tidak suka, apakah bisa Rhys menolak? Tentu saja tidak. Keberadaannya di sini ditukar dengan nyawa banyak orang yang sangat dia sayangi, cukup Ivar yang mati dengan luka menganga dan usus terburai. Bibir itu terus saja menikmati bibirnya sedangkan dia hanya bisa diam, dalam hati hanya bisa membatin kalau ini adalah sebuah foreplay sebelum dia diperkosa. Ah istilah itu mungkin terlalu berlebihan.

Rhys meraih sebotol whiskey di dekat kaki, berusaha minum dan berharap mabuk dengan segera. Apalagi ketika orang itu mulai melepas kaosnya dan kembali dirinya tidak bisa menolak. Apa yang akan terjadi bila Romeo marah, tentu Rhys tidak akan berani membayangkan. Aiko Ito yang wanita saja bisa dibiarkannya memotong jarinya sendiri untuk menebus kesalahannya. Nafas itu terdengar begitu berat ketika orang itu menyusuri lehernya.

Apa nikmatnya bercinta dengan sesama lelaki, ancaman penyakit tentu saja akan ada banyak. Vlad berulangkali mengajaknya ke dokter dan memastikan dia baik-baik saja, tapi Rhys tidak ingin. Seumpama harus ke dokter dia memilih pergi ke tempat mbak Nabila di mana di sana sekalian mereka akan makan malam bersama dengan hangat layaknya keluarga. Tapi bagaimana bicaranya ketika wanita itu bertanya, mbak apakah bahaya kalau sering ditusbol. Astaga. Wanita itu akan murka.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang