"Aku kira undangan makan malam," kata seorang wanita dengan penampilan elegan.
"Tentu saja tidak Ella, sudah kubilang aku membawa teman." Rickard menyambut wanita itu.
Romeo dan pak Jensen segera berdiri menyambut, beramah tamah dengan wanita itu. Seperti yang dikatakan oleh orang-orang dalam kelompoknya, Romeo Terelle mempunyai akses dengan produsen yang memiliki perusahaan alat kesehatan tersebut. Romeo sudah sejak lama bekerja sama dengan pria bernama Rickard Mikhaylov untuk pengadaan senjata ilegal. Dia juga mendengar bahwa kerabatnya adalah pengusaha farmasi dan memiliki beberapa laboratorium besar. Menemui wanita itu sendiri jelas tidak mungkin tanpa perantara, beruntung Rickard bisa diajak kerja sama.
"Ella Ashton," kata wanita itu memperkenalkan diri.
"Romeo Terelle," sambut Romeo.
"Jensen Widjaja," balas pak Jensen ikut beramah tamah.
"Sebaiknya langsung saja, bisa jelaskan ada apa ini?" tanya Ella kepada semuanya.
Sembari menunggu para pelayan menuangkan teh, Romeo mulai berkisah dengan persuasif. Wabah mulai bermunculan di mana-mana, semua orang termasuk di negaranya membutuhkan alat kesehatan untuk sekedar melakukan beragam tes atau obat-obatan pendamping. Seandainya Ella sudah memiliki vaksinnya tentu akan lebih baik lagi, sayangnya masih dalam tahap pengujian dan mendapat izin edar itu masih dalam proses. Pesaing masih belum banyak, salah satunya dari Asia sendiri, tapi tidak masalah. Ada lebih dari 200 juta manusia di negaranya, kebutuhan akan terus meningkat dan lagi wabah tidak mungkin akan selesai dalam hitungan bulan.
"Tender bahkan belum dibuka wahai tuan-tuan," kata Ella setelah menyesap Earl Grey tea-nya.
"Kami hanya memulai dari awal saja Nyonya, satu menit itu sangat berharga dan nyawa mulai berjatuhan." Romeo berkata.
"Kamu menekanku?" tanya Ella.
"Tentu saja tidak, saya hanya memberi tahu. Kebutuhan ini harus dipenuhi dengan segera." Romeo kembali bicara.
"Impor benda seperti itu, negaramu tidak akan tinggal diam tuan Ro, apakah anda yakin pembelian dan distribusi akan disetujui oleh pejabat yang berwenang?" tanya Ella mencoba menilai.
"Itu biar menjadi urusan saya Nyonya, birokrasi bukan hal yang sulit diatur." Pak Jensen segera menyahuti.
"Urusan distribusi dan yang lain bukan urusanku, entah kalian apakan barangku aku tidak mau tahu. Tapi ada syarat yang aku ajukan!" seru Ella.
"Katakan saja," jawab Romeo.
"Pembayaran full di muka," kata Ella dengan tenang dan menyesap tehnya lagi.
Pak Jensen segera pucat pasi, mengeluarkan uang sebesar itu akan ada tahapan rumit yang harus diselesaikan. Dana yang disediakan oleh pemerintah di negaranya pasti terbagi untuk banyak bidang, mengeluarkan dana sedemikian besar pasti tidak mudah. Mengajukan skema pembiayaan pasti bisa saja, tapi mereka butuh itu dalam waktu singkat atau pasar akan segera diisi oleh produk dari negara lain dan mereka akan gigit jari.
"Keuntungan bagi kami apa? Jaminannya?" tanya Romeo.
"Apakah anda tidak percaya dengan kredibilitasku? Aku akan menyombongkan diri sebentar, Ella Grey Ashton, siapa yang tidak mengenalku?" tanya Ella dengan congkak.
"Saya tidak menampik, tapi yang namanya bisnis, bukankah harus menguntungkan kedua belah pihak?" tanya Romeo.
"Kamu pintar bicara, baiklah. Kita bisa negosiasikan harga baru yang lebih menarik. Syaratnya, bayar semua dimuka lalu baru kami proses pembeliannya." Ella bermanuver dengan lincah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twist
ActionIn collaboration with alfreyISP. 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ Rhys Ivanders, seorang host bar yang sudah akrab dengan kehidupan malam. Menemani minum para perempuan dari berbagai usia dari kalangan menengah atas sudah jadi pekerjaan sehari-hari...