Rhys sudah mulai jinak dan itu sangat menyenangkan hati Romeo, setidaknya kalau tidak membuat masalah dia bisa lebih fokus mengurus pekerjaannya. Ada undangan pergi ke Jepang oleh janda Yakuza itu, entah urusannya apa tapi dia sudah menyanggupi akan datang segera. Pemimpin salah satu klan Yakuza itu memang teman baiknya sebelum orang itu menutup mata untuk selamanya karena pertikaian antar klan yang memang sering terjadi.
Pedang katana itu, hadiah dari wanita itu, yang beberapa lalu dimainkan oleh Rhys dengan sangat dekat di lehernya. Tingkah yang membuat Romeo murka tidak tertahan dan membuatnya segera mengikat Rhys dengan borgol di kedua tangannya. Baru sekali itu dia menghukum Rhys, setidaknya anak nakal itu harus sedikit didisiplinkan. Mungkin caranya sedikit berhasil, pria itu menjadi jinak juga manis.
Bekas merah memanjang dari ikat pinggangnya yang sempat menghiasi punggung Rhys sudah mulai memudar, Romeo berharap dia banyak belajar. Membangkang itu masih terlihat seksi, tapi mencoba membunuhnya hingga dua kali itu masalah lain. Erangan Rhys waktu itu terdengar seksi dan telinganya ingin mendengarkan lagi dan lagi. Tapi mencambuknya lagi bukan pilihan, Romeo sebenarnya tidak suka melihatnya kesakitan meski ada jiwa masokhis bersemayam di tubuhnya.
"Ada di mana dia? Aku tidak melihatnya di mana pun," tanya Romeo setelah menghubungi seseorang.
"Tuan Rhys? Dia sedang berlatih bersama Vlad Tuan," jawab Griff.
"Berlatih? Latihan apa?" tanya Romeo mengerutkan kening.
"Sedikit bela diri, tapi sepertinya yang dia lakukan hanya menjadi bulan-bulanan Vlad saja." Griff menjelaskan.
"Tentu saja, dia lelaki yang manis, bukan fighter." Romeo membalas.
Griff mengangguk dan tersenyum. Kehidupan Rhys dan Romeo sangat jauh berbeda. Tuannya ini sudah bisa menjatuhkan pengawal ayahnya dengan tangan kosong bahkan ketika dia masih SMP. Memang penampilannya selalu terlihat tenang, tapi insting dan bela dirinya tidak bisa dianggap remeh. Kemampuannya memakai senjata juga tidak bisa diabaikan. Sebenarnya Romeo membutuhkan tenaga pengawalnya hanya untuk mengamankan nya dari serangan kelompok bersenjata saja. Serangan selusin orang dengan tangan kosong, akan dia nikmati seperti makan siang saja.
"Persiapkan perjalanan ke Tokyo lusa, undangan dari nyonya Aiko." Romeo berkata.
"Baik Tuan," jawab Griffin.
"Aku mencium ada sesuatu yang kurang baik, hubungi juga beberapa klan yang berada di pihak kita untuk perlindungan. Jangan sampai ada yang menyentuh Rhys." Romeo berkata lagi.
"Baik Tuan," jawab Griffin mengangguk paham.
"Bisa kau perkirakan, apa yang akan terjadi?" tanya Romeo menoleh kepada Griffin.
"Konflik antar klan memang kerap terjadi Tuan, terbunuhnya Tuan Satoshi Ito, karena perebutan kekuasaan. Pergi kesana sebenarnya bukan pilihan yang baik, serangan dari klan lain bisa kapan saja terjadi." Griffin memberikan asumsi.
"Tapi kita tidak bisa menolak undangan seorang Aiko Ito," balas Romeo.
"Saya mengerti Tuan," jawab Griffin.
"Memang di sana bahaya, tapi meninggalkan Rhys di sini juga bukan pilihan bagus." Romeo melanjutkan.
"Apa rencana anda Tuan?" tanya Griffin.
"Seperti yang aku bilang, minta bantuan pada klan yang menjadi mitra kita. Aku tahu apa rencana nyonya Aiko Ito, dan itu akan membuat beberapa klan tidak senang dan menyerangku." Romeo berkata.
"Saya mendengarkan anda Tuan," jawab Griffin.
"Kalau ada yang tidak menyukaiku, kamu sudah pasti tahu siapa sasarannya bukan?" tanya Romeo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twist
ActionIn collaboration with alfreyISP. 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ Rhys Ivanders, seorang host bar yang sudah akrab dengan kehidupan malam. Menemani minum para perempuan dari berbagai usia dari kalangan menengah atas sudah jadi pekerjaan sehari-hari...