6. Closer

1.2K 128 33
                                    

Willy menyetir dengan ugal-ugalan, beberapa kali SUV itu hampir mencium pembatas jalan. Berulangkali Rhys berteriak tapi Willy cuma tertawa. Otak Willy memang terkadang jatuh entah kemana, kalau bercanda suka kebablasan. Menyetir seperti ini jelas bahaya, tunggu saja kalau mereka sudah sampai. Rhys akan hajar Willy sampai puas. Rhys mematikan musik yang terpasang dan berbunyi kencang itu. Berisik.

Mereka berdua menuju ke sebuah bengkel papan surfing, beberapa hari lalu Rhys dan Willy memesan papan surfing custom kepada seorang pengrajin. Tentu banyak sekali papan surfing dijual di toko, tapi custom selalu lebih ikonik dan hanya ada satu di dunia. Pengerjaan papan surfing memakan waktu yang lama, minimal dua minggu. Layak sekali bila papan itu harganya tidak bisa dibilang murah.

Rhys memaki dan membanting pintu SUV milik Willy, bukannya marah Willy hanya tergelak dan berlari meninggalkan Rhys yang masih menggerutu kesal. Nyawa ini demikian berharga, dan Willy dengan santainya bermain-main seperti itu. Mungkin Willy sudah bosan hidup atau bagaimana. Untung saja dia itu sahabat, coba saja kalau tidak, makhluk itu pasti sudah benjut sejak lama. Tangan ini sudah gatal ingin meninjunya.

Suara benda yang saling bergesekan membuat telinga terasa geli. Bengkel ini tidaklah besar, hanya separuh dari apartemen Rhys saja. Tapi dari sini sudah lahir banyak papan surfing beragam ukuran, termasuk long board untuk menaklukkan ombak besar. Tapi Rhys dan Willy tidak sedang memesan long board, nanti saja ketika mereka akan pergi ke Navare atau menguji nyali di Tahiti.

"Sampe mana progresnya Brader?" tanya Rhys setelah berhi-five dengan Adam, sang pemilik bengkel.

"Baru shaping ini, gak bisa liat?!" tanya Willy dengan galak.

"Teman kau ini galak amat, macam ayam lagi bertelur aja." Gumam Adam sambil menggergaji board melengkung berwarna putih.

"Eh apa ... apa ... ?" tanya Willy memastikan lagi telinganya, barusan Adam bicara apa.

"Ayam piaraan Rhys itu bertelur, gimana sih gitu aja gak denger." Adam menggumam lagi dengan suara bersahutan dengan gergaji.

"Sejak kapan Rhys piara ayam?" tanya Willy bingung, di apartemen kan tidak boleh bawa piaraan.

"Will, iyain aja. Adam lagi mabok." Kata Rhys melerai keduanya.

Rhys tertawa tergelak begitu Willy cuma menggaruk rambut bingung, barusan mereka bicara apa. Rhys mengamati setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Adam, membuat papan surfing from the scratch. Dia mengerjakan semua sendirian mulai memotong board, mengamplasnya, mengukur dan memastikannya semua simetris, mengikir lagi dan mengukur lagi.  Pekerjaan ini memerlukan ketelitian yang luar biasa, karena nanti papan itu harus seimbang ketika dipakai menaklukkan ombak ataupun ketika hanya dipakai untuk mengambang di atas air.

"Kapan selesai?" tanya Rhys menyentuh ujung board yang lancip.

"Baru shaping, abis ini bolongin sana itu buat naruh fin, trus buat leash plug, juga stringer." Adam menjawab urutan proses.

"Lama dong?" tanya Rhys yang mengamati sekali lagi board-nya yang masih mentah.

"2 Minggu minimal, glassing makan waktu juga nanti," jawab Adam yang kembali mengamplas.

"Tuh denger, dibilangin minimal 2 Minggu ngeyel bener ngajakin ke mari. Begaya mau surfing lagi padahal yang terakhir kali kejerat leash. Hampir mati, untung aku tolongin. Gubluk emang." Willy memaki kesal.

"Jangan buka aib Will, yang gitu diceritain." Sekarang giliran Rhys yang menggumam kesal.

"Biar sadar diri ajalah kau, tau diri." Willy kembali mengomel.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang