"Jdeshhhhh ... !"
Peluru yang dilontarkan itu menembus tengkorak orang itu. Yang mana segera tumbang tapi dia masih sempat menarik pelatuk di tangannya. Semua terjadi sangat cepat dan di luar dugaan. Beberapa menit yang lalu Harish berpikir bahwa saat itu adalah saat terakhirnya bersama istrinya menghirup udara di atas bumi. Kenyataannya pria yang dianggap adik itu tiba-tiba muncul dengan senjata di tangannya. Dan sejak kapan Rhys yang hanya tahu minum itu bisa memegang senjata api, tapi sekarang bukan waktunya menanyakan itu.
Orang itu memang seketika terhempas meregang nyawa di tangan Rhys, tapi sebelum benar-benar jatuh di lantai dia menarik pelatuknya dan desingan senjata berperedam itu terdengar disusul Rhys yang jatuh berlutut. Harish hanya bisa tiarap dengan berusaha melepas ikatan pada tangan dan kakinya, sementara matanya menatap ada lubang pada celana sebelah kiri Rhys yang mana mulai mengucurkan warna merah. Peluru itu sempat mengoyak paha dan membuatnya seketika jatuh berlutut sebelum Vlad menariknya dan berteriak.
Suara desingan peluru terdengar sahut menyahut dengan jeritan Nabila yang ketakutan di ujung sana. Vlad memerintahkan area luar dibereskan sesaat setelah menembak mati beberapa orang yang sejak tadi sudah mengintai dari ruangan lain. Rumah kecil itu berubah seketika seperti area medan perang, beberapa orang tumbang tanpa tersisa satu pun. Harish baru menyadari, seperti ini lah yang dikuatirkan oleh Rhys dan dirinya sempat mengabaikannya. Dan sekarang yang terjadi seperti ini. Orang-orang itu siapa, mereka dikirim oleh siapa.
"Clear?" tanya Vlad setengah berteriak.
"Clear ... !" jawab seseorang.
"Kita pergi, Tuan muda." Vlad menyeret Rhys yang sudah lunglai tidak lagi sanggup berjalan.
Napas Rhys terengah, apa yang barusan dilakukannya. Dia yang hanya tahu mabuk dan bermain kali ini sudah menghabisi nyawa manusia. Entah setan apa yang telah merasukinya, mungkin karena dia terlalu lama bergaul dengan para penjahat, secara tidak sadar dirinya juga lambat laun seperti mereka. Vlad menariknya menembus tetes hujan menuju mobil, rasa sakit yang baru kali ini dirasakannya di pahanya rasanya seperti entahlah. Dengan nanar dia memandang ke arah Harish yang masih berjibaku dengan tali yang mengikatnya, juga Nabila yang meringkuk ketakutan.
"Told you so," gumam Rhys kepada Harish sesaat sebelum tubuhnya lenyap masuk ke dalam mobil.
"Bersihkan semua jejak kita, terutama tuan muda." Vlad memberi perintah sebelum menutup pintu mobilnya.
Rhys mengerang, jadi begini rasanya tertembak itu. Peluru itu sepertinya bersarang di paha kirinya dan membuatnya beberapa kali menggeliat menahan. Mobil itu semakin menjauh, membawanya pergi dari tempat di mana dia membunuh orang untuk yang pertama kalinya. Entah keberanian itu muncul darimana, Rhys tidak berpikir dengan keselamatannya sendiri, hidupnya juga tidak lagi berharga, tujuan hidup dia tak punya, dan jangan bicarakan cita-cita, sudah lenyap tidak ada.
Entah apa yang dilakukan oleh Vlad, kesadaran Rhys hanya tipis saja. Sayup-sayup terdengar dia bicara menelpon seseorang dengan panik. Yang terasa hanyalah tubuhnya kembali ditarik hingga rebah hingga luka itu posisinya lebih tinggi dari jantungnya. Mobil ini melaju kemana, seumpama ke rumah sakit pastinya akan banyak pertanyaan dan penyelidikan akan terjadi. Tapi, untuk bertanya saja Rhys rasanya sudah tidak bisa menggerakkan bibirnya. Kesadarannya sudah sayup-sayup. Yang berada di sana, apakah mereka sudah baik-baik saja? Mas Harish dan mbak Nabila.
"Anda hanya harus menahannya sebentar lagi Tuan, kita hampir sampai. Tuan Romeo sudah menunggu." Vlad menekan luka itu dengan kuat.
Oh fak, kenapa baru mengingat ada manusia bernama Romeo. Kalau dia tahu Rhys sudah membuat keributan seperti ini, hukuman apa yang bakal diterimanya. Sekali lagi Rhys mengerang, paha kirinya sakit sekali. Entah yang mana yang harus dipikirkan terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twist
ActionIn collaboration with alfreyISP. 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ Rhys Ivanders, seorang host bar yang sudah akrab dengan kehidupan malam. Menemani minum para perempuan dari berbagai usia dari kalangan menengah atas sudah jadi pekerjaan sehari-hari...