21. Assault

807 85 69
                                    

"Ini penghinaan," kata salah seorang bertato itu.

"Memang yang dilakukan Ito san itu tidak benar, tapi dia menolaknya. Itu sama saja dengan menghina Ito san," balas temannya.

"Menghina pemimpin kita sama dengan menghina kita," ucap mereka saling sahut.

"Apa rencana kita?" tanya temannya.

"Sergap mereka," jawabnya.

"Tanpa ijin Aiko san?" tanya satunya lagi.

"Yang seperti ini tidak perlu ijin," jawabnya.

Jadi itu adalah percakapan beberapa jam setelah gerombolan Romeo meninggalkan kediaman Aiko Ito, rupanya mereka sakit hati dan penolakan itu dianggap sebagai penghinaan. Dan tanpa ijin pimpinannya mereka membuntuti dan berniat menyergap, sebelum mereka berhasil meninggalkan Tokyo. Kalau terlambat tentu tidak akan baik, bagaimana pun kandang sendiri itu lebih aman.

Memang Romeo sejak awal agak curiga dan bisa dipastikan sejak meninggalkan tempat itu rasanya ada yang membuntuti mereka. Sayangnya Rhys sama sekali tidak bisa diajak kompromi, rencana beristirahat di resort gagal total karena dia menginginkan pergi ke klub melepas penat. Dengan situasi seperti itu, menyewa seluruh bagian klub adalah yang terbaik. Setidaknya pengamanan lebih bisa ditingkatkan karena keluar masuk orang minim sekali.

Tapi sepertinya tidak, desingan peluru itu memberi bukti bahwa mereka tetap bisa masuk dan mengintimidasi. Ini pertempuran jarak jauh, beberapa dari mereka masih belum tampak wujudnya. Tapi sebuah peluru itu hampir mengenai tubuh Rhys yang sedang menikmati musik dan DJ. Tentu saja target mereka adalah Rhys, karena pastinya gara-gara dia penolakan itu terjadi. Meski tidak menutup kemungkinan setelah berhasil membuat Rhys tidak bernyawa dia akan menyusul.

"Don't move," bisiknya.

"Apa itu?" tanya Rhys yang bingung sementara musik itu seketika berhenti.

"Peluru, kita diserang." Romeo pelan menjawab.

Rhys merana, kenapa harus ada yang seperti ini. Seharusnya kejadian begini hanya ada di film yang ditonton dengan popcorn di tangan, bukan terlibat secara langsung. Peluru katanya, berarti ada yang menyerangnya dan nyawa semuanya dalam bahaya. Baguslah, mungkin saja setelah ini ada salah satu dari mereka akan mati dan Rhys akan bebas. Entah bebas di dunia atau bebas menuju neraka jalur prestasi.

"Pistol!" seru Romeo yang segera direspon oleh Griff. "Aku bawa Rhys keluar, lindungi kami." Romeo segera membaca situasi.

Suara desingan peluru berulangkali terjadi, meski menginginkan mati tapi Rhys tetap ngeri. Mereka berdua berada di salah satu sisi sofa dan terlindung sempurna, tapi sebaiknya mereka harus segera pergi atau terjebak oleh mereka yang jumlahnya ternyata lumayan banyak. Yang seperti ini memang sudah bisa diperkirakan tapi bukan dengan jumlah sebanyak ini.

Bila dahulu Romeo hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri, sekarang berbeda. Ada orang terkasih yang harus dia jaga agar tidak terluka menjadikannya harus lebih waspada lagi. Meninggalkan Rhys pergi terlalu lama juga tidak bagus, terakhir Romeo meninggalkan dia beberapa hari Rhys sudah kabur ke Fiji. Kalau mengajaknya, resikonya ya begini.

"Dorrrr ... !"

Tembakan itu tepat mengenai tangan yang hampir menembaknya, dari tanda pada tubuh mereka sudah jelas ini adalah anggota klan yang dipimpin oleh Aiko Ito. Romeo masih belum berfikir tentang segala konspirasi, keselamatan adalah yang utama sekarang. Urusan dengan keluarga Ito nanti saja kalau sudah selamat. Romeo berdiri dan menginjak luka itu dan bertanya, "kenapa?"

Tapi pria itu hanya menyeringai saja dan secepat kilat mengeluarkan pisau dari balik bajunya, letupan suara senjata api kembali terdengar dan kepala itu buyar. Kilatan kejadian beberapa waktu lalu di apartemen Ivar kembali berkelebat, bocah itu juga bersimbah darah seperti orang di depannya ini yang sepertinya juga baru saja kehilangan nyawa. Lambungnya segera bergejolak, dunia seperti ini Rhys bukan tempat seharusnya dia berada.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang