Rhys jongkok mengikat kakinya dengan dengan leg rope yang sudah terikat dengan leash papan surfing. Cuaca hari ini bagus, setidaknya ombak lumayan meski hanya sedang saja. Punggung telanjang Rhys diselimuti hangat sinar matahari, rambutnya masih setengah basah oleh keringat. Dia menoleh ke arah temannya yang sedang melakukan pemanasan, memang mereka akan bersenang-senang hari ini. Tapi tetap harus bergegas.
Sore nanti Rhys harus sudah bersiap kembali bekerja, persiapan yang dilakukan tidaklah sederhana. Dia tetap harus pergi menemui MUA untuk menata rambut dan make up natural wajahnya. Tapi itu urusan nanti, dia sekarang mau bersenang-senang dulu. Setiap malam dia selalu minum dalam jumlah yang tidak sedikit, setidaknya Rhys harus tetap olah fisik agar stamina tetap prima dan deretan kotak-kotak di perutnya tidak tertutup lemak karena kebanyakan alkohol.
"Go go Rhys...!" panggil Willy, sahabat Rhys yang sudah siap dengan shortboard bergambar matahari.
"Ombak gak besar, tapi daripada gak ada." Balas Rhys yang telungkup di atas shortboard-nya dan mengayuh menjauh dari bibir pantai.
"Mungkin suatu kali kalo kita cuti, kita bisa pergi ke Lombok." Willy berkata setelah melewatkan sebuah ombak kecil.
"Sudah sering, aku ingin pergi di Nazare. Ombak di sana sebesar gunung." Balas Rhys membayangkan dia berseluncur menaklukkan ombak raksasa.
"Kenapa gak sekalian saja ke Tahiti, enak gak cuma tinggi tapi juga tebal. Sekali nyungsep kegulung kehabisan napas. Waaaah." Willy malah mendongeng.
"Mati," balas Rhys sengit.
"Nah kan keren, memicu adrenalin." Willy masih terus saja berbunyi.
"Adrenalin pala kau, dah lah ... impianku tetep dan istikomah, aku pengen ke Portugal dan gulung-gulung di Nazare." Balas Rhys membayangkan.
"Cari dulu sugar mommy, kita ini kere. Pergi kesana gak cukup jalan kaki." Willy berseloroh sesat.
"Kamu tuh yang perlu sugar mommy, duitku sudah banyak." Kata Rhys memprotes Willy yang cuma tertawa.
"Nih pelayan club' sombong amat." Willy menggumam saja sementara Rhys berlalu dengan cuek.
Air yang hangat bergerak di bawah kakinya, beberapa kali ombak kecil datang dan membuat surfing board Rhys bergoyang. Rhys tidak mau asal saja mengendarai semua ombak, dia akan sabar menunggu yang lebih lagi. Menunggu ombak terasa seperti menunggu tamu yang akan dia layani. Dia harus sabar dan berusaha mengerti, juga harus merendah dan pasrah.
Sebuah ombak berukuran sedang itu bergulung menuju bibir pantai dan kian mendekat, Rhys yang sejak tadi telungkup santai segera bersiap. Telapak tangannya sudah menapak di atas deck dan hanya menunggu saat yang tepat dia akan menaikkan kedua kakinya. Ombak bergulung seakan lautan menunjukkan kekuatannya dengan indah. Ombak yang setinggi tiga meter itu bergulung hingga tercipta buih putih yang cantik.
Beberapa kali Rhys terpelanting tergulung ombak, beberapa bagian kakinya lecet tergores karang. Leg rope di kakinya memudahkan Rhys kembali kepada papan seluncurnya dan naik beberapa kali lagi. Dunia yang sebenarnya ada di sini, dia akan menikmati semuanya juga pelukan alam di tubuhnya. Sebelum dia kembali ke hingar bingar kehidupan malam yang semakin merusak organ dalam tubuhnya.
"Fakkk," Rhys memaki, leg rope yang menghubungkan kakinya dengan papan seluncurnya menjerat kakinya dan membuat dia kesulitan mempertahankan kepalanya di permukaan air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twist
ActionIn collaboration with alfreyISP. 〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️ Rhys Ivanders, seorang host bar yang sudah akrab dengan kehidupan malam. Menemani minum para perempuan dari berbagai usia dari kalangan menengah atas sudah jadi pekerjaan sehari-hari...