8. Happy Birthday To Me

1.1K 119 65
                                    

Minuman dengan alkohol berkadar tinggi dan neat, limpa Rhys meraung dan lambungnya bergejolak. Meeting di akhir hari kerja Rhys hanya tergolek pasrah di sofa, dia tidak bisa melaporkan apapun dan semua rekannya paham. Penjualan Rhys adalah yang terbesar malam ini, dan sekarang dia mabuk dan terkulai seperti sehelai kain serbet. Seorang porter club' berbaik hati mengantarnya pulang, mungkin besok Rhys akan menyelipkan beberapa lembar uang untuk ucapan terimakasih.

Matahari sudah bersinar garang, Rhys masih saja tergolek di atas ranjang. Hangover yang dia rasakan kali ini parah, memang rasanya seperti hampir sekarat tapi dia bahagia. Tamu seperti Romeo ini benar-benar royal, dia memesan minuman termahal seperti membeli permen. Sebelum pulang dia juga memberi tip yang cukup banyak. Sebuah cek dengan jumlah 8 digit itu membuat Rhys merasa pengorbanannya tidak sia-sia. Hanya dari Romeo dan pesanan demi pesanannya beserta uang tip, menyamai penghasilan Rhys selama 2 minggu.

Tapi sekarang, pengaruh alkohol itu belum juga hilang. Padahal Rhys harus tampil prima malam ini. Konyol sekali bagaimana Rhys bisa lupa, hari ini adalah ulang tahunnya. Beberapa hari yang lalu Nyonya Arini menghubunginya, Rhys harus merayakannya di club', dan Nyonya Arini akan membuat champagne tower untuk host kesayangannya. Tentu Rhys tidak boleh mengecewakan Nyonya Arini, tahun lalu Nyonya Arini sudah membelikannya sebuah mobil.

Rhys sudah menghubungi Nabila, meski sudah tentu wanita baperan itu mengomelinya selama beberapa menit. Tapi Nabila berkata dia akan datang secepatnya membawakan hangover treatment untuk adik jadi-jadiannya itu. Rhys sedikit merasa lega, setidaknya sepertinya acara ulang tahunnya di club akan berjalan sesuai dengan rencana. Sebuah champagne tower, bisa dibayangkan keseruannya. Gelas yang ditata dan ditumpuk seperti menara. Dia bersama dengan Nyonya Arini akan menuang bersama hingga gelas di bawahnya terisi semua.

"Anak nakal ... !" Nabila langsung mengomelinya begitu sampai di apartemen Rhys.

"Nab, jangan ngomel. Kepalaku rasanya kayak diinjak Buto Ijo." Rhys menggumam lirih.

"Kamu cari mati ya? Minum sebanyak apa kamu?" tanya Nabila sembari tangannya menyentuh kening Rhys.

"Banyak, pokoknya banyak." Kembali Rhys menggumam lirih.

"Waktu pertama ketemu kamu, aku pikir kamu berbeda dengan adikku. Tapi ternyata sama aja. Rhys, kurangi ya minumnya." Nabila mulai menasehati.

"Oke sip," Rhys mengangkat jempolnya lalu kembali lunglai.

"Lain kali kalo minum, selingi dengan air putih. Biar hangover gak sampe parah." Nabila mulai berpetuah.

"Oke doc," Rhys kembali menggumam dengan kepala masih tertelungkup.

"Dah sarapan belom? Jangan makan junkfood, minyak-minyak trus berlemak tinggi. Nanti jantung jadi bekerja lebih keras lagi." Nabila masih terus mengoceh sambil memasang turniket di lengan Rhys.

"Yess doc," Rhys hanya menggumam lagi.

"Jangan ngopi dulu, kafein malah bisa bikin parah. Kafein bisa mempersempit pembuluh darah dan dorong aliran darah lebih kencang." Nabila masih terus saja mengomel.

"Iyaaaaa," Rhys kembali menggumam lemas.

"Rhys ... ! Denger gak sih mbak ngomong?!" Nabila tak urung kesal juga suaranya berhembus saja seperti angin.

"Nab, bisa diem ga?!"

🍸🍸🍸

Entah apa yang Nabila berikan tapi Rhys langsung merasa segar bugar setelah satu jam. Hanya saja telinganya menjadi penuh dan kepalanya kembali pusing, Nabila menceramahinya dengan segala pengetahuannya tentang alkohol. Memang benar wanita itu selalu berisik dan rewel, yang dikatakan oleh Romeo benar sekali. Rhys melepas plester kecil yang menempel di lengannya, hangover breaker tadi lumayan juga.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang