30. Tragedy

899 90 23
                                    

Rhys memacu hayabusa hitam membelah jalanan, motor CC besar itu menderu seperti ketempelan setan. Yang baru saja dilakukannya terlalu berani, sudah lama direncanakannya dan baru sekarang ini bisa dilakukannya. Sudah sejak lama Rhys membuat Romeo terlena dengan jinak dan manis sikapnya. Seolah dirinya sudah tunduk dan takluk dalam pelukan sesama pria. Tapi Rhys tetaplah Rhys, betapapun dia berkubang dalam maksiat tapi tetap dia mengerti kodrat.

Tangannya sekali lagi membunuh orang, tapi kematian Romeo terlihat begitu tenang dengan senyum yang bahkan terukir meski tipis dan sebentar. Bagaimana mungkin kematian orang jahat bisa sedemikian mudahnya, Rhys pernah diberi tahu bahwa dibunuh dengan dicekik atau gantung diri itu menyakitkan. Mas Harish bilang proses meregang nyawanya dan kesakitannya bisa membuat korban terkencing bahkan kotoran pun bisa keluar. Ah sudahlah yang penting Romeo sudah mati.

Apartemen ini, berapa lama ditinggalkannya. Tempat yang beli dari hasil keringatnya sendiri menjadi seorang host club', mungkinkah diulanginya lagi pekerjaan itu. Dipikirkan nanti saja, yang penting sekarang adalah dia harus menyelamatkan diri. Yang baru saja dibunuh adalah seorang pemimpin mafia yang tahu sendiri kiprahnya seperti apa. Bagaimana kalau anak buahnya ada yang tidak terima dan membunuhnya, bisa saja itu terjadi.

Rhys memutuskan bersembunyi sejenak, sebuah cottage di pinggir pantai menjadi pilihannya. Tapi aneh, hingga seminggu hidupnya masih baik-baik saja. Para mafia itu tidaklah bodoh, bagaimana mungkin mereka tidak mengendus pelakunya. Apakah mereka malah senang ketika tahu Romeo meninggal, puzzle ini terlalu sulit untuk diselesaikannya. Rhys menyesap cocktail berwarna kuning itu dan menikmati suasana.

"Apa itu gimlet?" sebuah suara mengagetkan.

"Faaaak ... !! Vlad aku hampir kena serangan jantung ... !" maki Rhys dan cocktail itu tumpah semua.

"Maaf tuan muda," jawabnya kemudian.

"Persetan dengan tuan muda, kenapa kamu kemari?!" tanya Rhys.

"Mencari anda Tuan," jawabnya.

"Siapa yang nyuruh?" tanya Rhys sinis.

Vlad terdiam sejenak, "tidak ada Tuan," jawabnya.

"Gimana pemakamannya?" tanya Rhys dingin.

Vlad kembali diam, harus menjawab dengan apa. Rhys pastinya ingin sendiri saja tapi kewajibannya ini harus terus dijalankan. Sumpah setianya telah terucap dan hingga nanti Vlad masih harus bersama dengan Rhys. Penolakan ini sudah bisa diperkirakan, keributan yang terjadi di rumah besar itu hanya terjadi di dalam. Dunia yang seperti itu seperti ruangan kedap suara, sebingar apapun di dalam, di luar tampak tenang seperti tidak terjadi apapun.

"Vlad, pergilah. Kamu bebas, carilah istri dan suruh beranak yang banyak. Cari pekerjaan yang baik. Semoga hidupmu lebih baik," ucap Rhys menatap orang yang setia melindunginya selama ini.

"Saya harus tetap bersama anda Tuan," jawab Vlad ngeyel.

"Mau bayar pake apa aku? Vlad aku ini bukan konglomerat seperti Romeo. Buat makan saja aku kerja kayak gigolo. Pergilah, hubungan kita selesai juga di sini," kata Rhys mengusir.

"Tapi," ucap Vlad ingin membantah sekali lagi.

"Vlad, terimakasih. Udah temani aku selama ini, ajari banyak hal. Dan akhirnya bisa kubunuh juga manusia itu. Kamu bebas, sama kayak aku. Pergilah, aku ijinkan." Rhys menatap.vlad dengan serius.

"Anda masih butuh perlindungan Tuan muda," sahut Vlad.

"Dari siapa? Romeo sudah mati, pergilah. Atau akan kuhajar juga kau." Rhys emosi.

"Baik, saya pergi, anda bisa hubungi saya kapan saja," balas Vlad tak kenal kapok.

"Ya Tuhan bebal bener, pergilah kamu. Dan tolong, mampirlah beli bunga. Letakkan di pemakamannya. Sampaikan kepadanya, terimakasih sudah mati duluan." Rhys dengan tidak peduli kembali memesan minum.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang