7. Double Kill

1.2K 124 30
                                    

Beberapa waktu belakangan Rhys mencurahkan perhatian lebih kepada Flo. Perhatian kecil seperti mengirim kopi premium di pagi hari, mengirimkan bunga di tempat kerjanya, sekotak cokelat mewah juga boneka lucu. Rhys tidak menanyakan Flo menyukainya atau tidak, tapi wanita mana yang menolak perhatian seperti itu. Hampir semua wanita menyukainya, dan tidak ada alasan bagi Flo untuk menolak.

Flo gadis yang mandiri juga pintar, diusianya yang belum genap 25 tahun dia sudah menjabat sebagai seorang manager restoran. Gaya bicaranya juga tegas dan manja di waktu yang berbeda. Mereka bertemu pertama kali ketika Flo sedang berdiam di pinggir jalan yang sepi, ban motornya bocor dan dia sudah terlalu lelah menuntun kendaraannya. Waktu itu Rhys menawarkan bantuan dan Flo menganggap dia berhutang budi. Dan pertemuan demi pertemuan selanjutnya terjadi.

Rhys menengok spion, memastikan penampilannya kali ini sempurna. Sengaja dia memarkir mobilnya di dekat pintu keluar tempat parkir restoran itu. Sudah beberapa hari Rhys tidak bisa menemui gadis pujaannya, dia tidak bisa mengajak gadis itu kencan menikmati malam karena pekerjaannya yang begitu. Rhys duduk bersandar di kap mobilnya yang rendah. Mobil sport berwarna merah itu sedikit mencuri perhatian.

"Cewek, nengok dong," sapa Rhys begitu melihat Flo keluar mengendarai motornya.

"Rhys ... ngapain di situ?" tanya Flo keheranan setelah melepas helmnya.

"Nunggu kamu," jawab Rhys sembari menyodorkan setangkai bunga kecil.

"Makasih, tapi aku mau pulang," kata Flo langsung jujur dengan bunga kecil itu di tangan.

"Mau aku antar?" tanya Rhys yang tidak mau kehilangan kesempatan.

"Rhys, mata kamu ditaruh di mana. Aku bawa motor, kita bawa kendaraan masing-masing," jawab Flo tergelak mendengar pertanyaan Rhys.

"Aku antar, pake motor kamu," balas Rhys yang masih juga tidak kehabisan alasan.

"Gimana caranya?" tanya Flo yang tidak habis pikir.

"Kamu duduk di jok belakang, biarin aku yang nyetir," jawab Rhys lugas.

"Cowok gila, mobil kamu mau kamu lipet trus dikantongi gitu? Aneh-aneh aja sih." Flo menggeleng mendengar ucapan Rhys.

"Mobilku biarin aja di sini, dia cuma mobil, gak akan protes." Rhys masih juga tidak kehabisan alasan.

"Baiklah, tapi kamu gak pake helm," gumam Flo yang akhirnya menyerah.

"Helm banyak yang jual, nanti beli aja satu," jawab Rhys enteng mengambil alih kemudi motor milik Flo.

Flo akhirnya menyerah, Rhys selaku bisa menjawab apa saja sergahannya. Dan dia juga tidak patah semangat. Bukannya Flo tidak menyukainya, Flo juga suka. Siapa yang tidak tergiur dengan wajah itu, juga senyumnya yang entah kenapa terlihat demikian manis. Flo menyukai Rhys, bukan karena Rhys itu tampan dan atletis, Rhys juga pekerja keras. Flo menyukai pria yang seperti itu, harga diri pria adalah ketika dia punya pekerjaan dan kondisinya tergolong mapan. Maaf, bukannya matre tapi ini demi masa depan.

Baru kali ini Flo merasa sedekat ini dengan Rhys, mereka memang sering bertemu, tapi ketika jarak tubuh mereka hanya berjarak satu inchi ceritanya sudah lain. Flo memberanikan diri meletakkan tangannya di pinggang Rhys, hangat yang terasa ini ujung syarafnya menerjemahkan hal yang lain. Jantungnya berdegup kian kencang, semoga saja Rhys tidak mendengarnya. Jantungnya sudah seperti gendang yang bertalu.

"Kenapa mau nganterin aku?" tanya Flo setelah beberapa waktu suara yang terdengar hanya derum motor.

"Agar aku bisa bersama kamu sedikit lebih lama," jawab Rhys tanpa menoleh ke belakang.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang