20. Tragedy

1K 94 48
                                    

Menginjakkan kaki di Jepang untuk menghadiri undangan Aiko Satoshi, meski begitu liburan ala pasangan muda masih sempat dilakukan. Sebenarnya juga Rhys tidak terlalu peduli, yang penting bisa keluar dari rumah itu dan menikmati semuanya. Bayangkan ketika dia hanya di rumah, yang dilihat matanya hanyalah Vlad, Griff juga Romeo beserta satu Batalyon penjaga tidak berguna itu. Keberadaan mereka entah apa fungsinya.

Tempatnya di pesawat tadi terdiri dari kabin yang kotak-kotak, yang mana untuk kelas itu isinya hanya mereka berempat juga beberapa manusia yang terlihat setia berjaga seperti anjing. Biarkan saja, setidaknya di sini tersedia beberapa botol wine dan Rhys bisa menikmati hangover di atas awan. Bila pergi sendiri tidak mungkin akan menghabiskan uangnya duduk di tempat seperti ini. Baginya kelas bisnis saja sudah lebih dari cukup, Rhys itu, entah frugal entah cheap.

"Enjoy your time," kata Romeo yang memang tidak ingin menceburkan diri ke air laut, ada banyak yang masih harus dilakukan sebelum kunjungannya ke kediaman Aiko Ito dilakukan. Urusan ini sedikit genting dan sebaiknya dia mengisi emotional tank Rhys hingga terisi penuh dan dia akan tenang tanpa tantrum mencari masalah.

"Gak ikut? Mungkin kamu punya cita-cita jadi makanan ikan hiu," tanya Rhys yang sudah membawa sebuah surf board dan hanya memakai boxer surf.

"Kalau aku mati siapa yang akan menjagamu?" tanya Romeo dingin.

"Emangnya aku bayi," gumam Rhys yang segera melangkah pergi.

Pemandangan itu tak urung membuat Romeo menelan ludah beberapa kali, apalagi ketika punggung telanjang itu terlihat semakin menjauh. Tapi dia bisa menahan diri dulu, akan ada banyak yang masih harus dilakukan dan kewaspadaan ini memang dalam fase siaga. Romeo tahu, sejak menginjakkan kaki di bandara ada beberapa orang baik pria dan wanita yang bertato penuh itu memperhatikan. Tato itu adalah ciri khas dari mereka. Dan dari mana Romeo tahu, baiklah sesama penjahat itu memang bisa saling mengendus.

"Clear," kata Griff di sampingnya.

"Masih ada dua orang di sana, hati-hati," balas Romeo pelan.

Griff mengangguk dan bicara dengan entah siapa yang pasti dia memberikan instruksi dan sesekali dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kunjungan ini sedikit berbahaya tapi tuannya tidak akan menolak undangan dari janda Satoshi Ito itu, Romeo dan tuan Ito berteman baik pada semasa hidupnya. Memang tuannya mengungkap sedikit heran, karena Aiko mengatakan bahwa akan membacakan wasiat dari suaminya. Kematiannya sudah beberapa tahun yang lalu tapi kenapa baru sekarang dibacakan, terasa seperti mengada-ada.

"Klan yang kau hubungi, pastikan bisa menjamin keselamatanku juga bocah itu." Romeo terus saja bersikap waspada.

"Baik Tuan," jawab Griff.

Ketegangan di bibir pantai tidak berpengaruh sedikit pun kepada pria yang sedang asyik menunggang ombak. Rhys memang sedemikian polos, pastinya dia mengira dunia ini hanya putih dan abu-abu saja. Padahal masih ada hitam, juga yang lebih hitam dari hitam itu sendiri. Dunia yang digelutinya ini memang tidak biasa, mengharuskannya bisa berteman dengan siapapun dan saling mengambil keuntungan. Kalau tidak, jelas tidak akan bertahan.

Memang salahnya telah menyeret Rhys ke dalam dunianya, tapi bagaimana lagi kalau sudah terlanjur cinta. Rasa ini sudah muncul sejak pertama kali bertemu, wajah tampan yang selalu tersenyum, suara seksi yang selama apapun dia mendengarnya tidak akan bisa merasa bosan. Orang itu memang seistimewa itu, dan secara fisik yang lain, tubuh itu, yang sekarang basah itu, membuatnya hampir tidak bisa mengendalikan diri.

"Sudah saatnya Tuan," bisik Griff setelah melihat jam tangan.

"Panggil anak itu, dan pastikan dia tidak membuat gara-gara," pesan Romeo memastikan balita itu tenang.

Twist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang