CHAPTER 16

28.7K 3.5K 1.3K
                                    

HAPPY READING

🌵

Dua buah mobil berhenti di sebuah bangunan tua di kawasan sepi. Beberapa orang turun dari mobil itu.

"Kita ngapain kesini kak?" tanya seorang gadis.

"Tugas gue cuma bawa dia, kan?" tanya Shelin yang baru saja turun bersama Sania.

Bianca mengangguk. "Thanks, Shel."

Shelin ikut mengangguk. "Kakak mau kemana?" tanya Sania panik.

"Balik," jawab Shelin meninggalkan tempat itu.

Sania hendak mengikuti Shelin tapi terhenti oleh Karin. "Mau kemana? Urusan lo disini belum selesai."

"Sania mau pulang, Sania takut, Kak. Kita ngapain kesini?" tanya Sania ketakutan.

Tak ada yang menjawab pertanyaan Sania sampai sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka. Yoza turun dari mobilnya bersama Jovita.

Sania semakin ketakutan, dia sudah memikirkan berbagai hal buruk yang akan terjadi padanya.

Yoza bersender di mobilnya, karena kondisi yang gelap, tak ada yang bisa melihat ekspresi Yoza saat itu. Tapi aura yang mereka rasakan sudah menjadi jawaban seberapa menakutkannya Yoza saat ini.

Plakk

Sania terkejut saat Karin menampar bibirnya.

"Ni bibir perlu di robek gak sih?" tanya Karin tanpa meminta jawaban. "Berani banget lo cium Ayres."

Sania merasa terpojok, dia berdiri membelakangi mobil Karin, lalu Karin dan Bianca berdiri mengapitnya. Sedangkan Jovita berdiri tepat di depannya. Dan Yoza? Masih di posisinya, tak berniat mendekat.

"Heh, jablay. Gue aja yang pernah berstatus jadi tunangan Ayres, ga pernah cium dia. Dengan mulut kotor lo ini, berani banget lo cium mantan tunangan gue," maki Karin sambil menarik rambut Sania.

Sania menangis. "Sakit kak," katanya berusaha melepas jambakan Karin.

Plakk

Bianca menampar Sania. "Masih bocah udah mau jadi jalang, ga cukup duit jajan?" sentak Bianca.

Sania menangis tersedu-sedu, pipinya sudah terasa sangat panas. Bahkan Karin juga belum melepaskan rambutnya.

"Udah malam. Beresin cepat," kata Bianca.

Karin mendorong Sania hingga gadis itu terduduk di tanah. Jovita berjongkok di depan Sania.

"Aaakhhh," ringis Sania saat Jovita menjambak rambutnya membuat Sania mendongak.

"Sebenarnya gue ga punya masalah sama lo," kata Jovita dengan ekspresi wajah yang tetap datar. "Tapi masalah Yoza, masalah kita juga."

Plakk

Plakk

Jovita menampar Sania berkali-kali, bahkan bibir Sania saja sudah mengeluarkan darah.

"Ampun kak. Sakit hiks," isak Sania meminta ampun.

"Diem lo," sentak Karin memukul kepala Sania. "Jijik gue dengar suara lo."

"Lo salah berurusan sama Yoza," kata Bianca ikut berjongkok. "Karena siapapun yang cari masalah sama salah satu di antara kita, bakal berurusan langsung sama kita berempat."

"Jauhin Ayres. Itu perintah," suara Jovita menyentak Sania.

"Giliran gue," kata Yoza menghampiri mereka.

ADORE U [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang