CHAPTER 27

28.7K 3.6K 1.4K
                                    

HAPPY READING

🌵

"Kira-kira, nanti cerita kita happy ending atau sad ending?"

"Happy!"

Setelah menjawab itu, Ayres menatap lekat manik mata Yoza. Memberikan kenyamanan pada gadisnya itu, memberikan keyakinan atas apa yang dia yakini sekarang.

"Mau happy atau sad, yang penting kita akhiri sama-sama. Seenggaknya kita bisa berusaha," kata Ayres lagi.

Yoza tersenyum, rambutnya berterbangan di terpa angin di sore itu. Meski cerah, tapi matahari tidak terlihat sangat terik.

"Kita selalu punya momen di rooftop ini," ujar Yoza sembari memandangi pemandangan dari atas rooftop sekolah.

Ayres tersenyum. Sejauh ini, belum ada rasa sebesar rasa cintanya pada Yoza. Di kadar manusia, Ayres bahkan menempatkan nama Yoza tepat di tengah-tengah hatinya.

"Kalau nanti kita berakhir dengan gak baik-baik aja, gue harap lo bisa hidup jauh lebih baik dari ini. Seenggaknya lo gak boleh ngerasain sakit yang lebih, di banding sakit lo sebelumnya," kata Ayres.

Yoza mengangguk. "Dan gue harap lo juga bisa jauh lebih baik dari ini. Senyum lo manis, Res. Sayang kalau lo sembunyiin terus, banyak yang bisa merasa jauh lebih baik setelah tersenyum."

Keduanya terdiam sejenak, sama-sama memejamkan mata membiarkan angin sepoi-sepoi menerpa wajah keduanya. Membiarkannya membawa segala perasaan mereka sekarang, menuainya di udara hingga terbang menyapa angkasa.

Harapan boleh saja besar, kuat seperti besi, dan kokoh seperti batu. Tapi, semesta memiliki takdir untuk setiap penghuninya. Tak ada larangan untuk ingin selalu bahagia, tapi jangan membenci saat di beri kesedihan.

Karena pada akhirnya, aku, kamu, dan mereka semua, hanya bisa menjalani saja. Matahari tidak pernah bisa mengejar bulan, malam pun tak bisa mendahului siang, semua beredar pada garis edarnya masing-masing.

"Kenapa akhir-akhir ini ngerasa capek banget? Padahal gak pernah kerja berat, gak juga ngelakuin hal yang bisa buat capek."

"Karena sekarang lo lagi di titik lelah lo. Walaupun cuma bangun tidur, mandi, makan, sekolah, balik, tidur, dan lakuin lagi hal yang sama. Lo lagi berada di titik rendah lo," jawab Yoza tanpa menatap Ayres.

"Kadang gue iri sama lo, Za. Punya otak pinter dan banyak teman. Gue pengen kayak lo yang selalu santai menanggapi berbagai hal, selalu bisa selesaikan masalah dengan mudah. Kuat, lo kuat banget untuk ukuran cewek usia 17 tahun. Lo bisa lewatin semua masalah lo, dan lo bisa bertahan."

"Jangan, Res. Jangan iri, apalagi pengen kayak gue. Susah, susah banget." Yoza menatap Ayres dengan pandangan teduh. "Tetap jadi diri lo sendiri, jangan pernah niat untuk ikut campur urusan orang, karena bakal susah untuk keluar. Jangan terlalu pengen bantu orang, karena bakal susah untuk berhenti. Jangan jadiin diri lo tameng, karena susah untuk sembunyi."

"Lo Ayres dan gue Yoza. Kita beda, beda banget. Tapi, itu yang menyatukan kita," sambung Yoza.

"Capek ya?" tanya Ayres. "Selalu berusaha buat orang lain ketawa, berusaha buat orang lain nyaman, dan yakin kalau lagi sama lo mereka bakal ngerasa aman. Capek gak?"

Yoza tak menjawab, dia sibuk memperhatikan wajah teduh Ayres.

"Istirahat, Za. Lo butuh istirahat."

"Lo juga," sela Yoza. "Walaupun lo gak ngomong apapun, tapi gue tau kalau kepala lo lagi berisik banget. Banyak yang mau lo keluarin tapi lo milih untuk pendam itu sendirian."

ADORE U [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang