Savana

309 15 4
                                    

Minggu, 12 Mei 2015

Suara tangisan yang memekik telingaku membuatku menangis. Bahagia dan sedih...itu yang kurasakan. Bahagia Karena aku tak menyangka kalau aku bisa melahirkan lebih tepatnya aku menjadi seorang ibu. Sedih, itu juga kurasakan tak lebih karena.. yeah aku tak melihat batang hidung kedua orang tuaku disaat kondisi sulitku berjuang sakitnya melahirkan. Tapi sudahlah aku tak mau memikirkan itu yang terpenting ialah aku dan bayiku selamat dan sehat.

"Kamu baik-baik saja?", Suara Bentang tiba-tiba terdengar disela-sela tangisan keras itu.
" He'em" ,jawabku sambil tersenyum.
"Terimakasih ya je...kamu udah berjuang, terimakasih udah ngelahirin anak Kita", ucapnya lembut sambil mengelus kepalaku.
Ucapannya yang sopan dan lembut selalu membuatku terhipnotis, aku semakin mencintainya.

Dari depan terlihat suster sedang menuju kemari ke arah kami sambil membawa seorang bayi.
" Haloo Mama Rinjani...Ayah Bentang...", Ucap suster itu dengan lihainya menggendong bayi kami Tak Lupa senyum khas-nya yang ramah. Ia kemudian menempatkannya disampingku. "ASI pertama", bisik suster kepadaku. "Hmm cantik sekali yaa bayinyaa, udah disiapin nama belum?", basa-basi suster dengan gaya nyentriknya yang lucu dan menggelikan.
Aku dan Bentang saling menatap dengan ekspresi mengangkat Alis. "Udah dong suster", jawab Bentang.
"Hmm", respon suster sambil tersenyum memberikan Dua jempolnya tanda bangga. Kemudian pergi meninggalkan kami.

Kemudian Bentang berdiri berjalan kearah bayi kami."Halo juga Savana".

"Selamat datang Savana"

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang