Empat mata

45 3 0
                                    

Tepat pukul 22.25 WIB aku dan Savana sampai Kontrakan setelah mengantar Akseyna ke rumahnya terlebih dahulu. Aku harus menidurkan Savana yang sudah sangat lelap, kemudian membereskan Kontrakanku Karena besok aku sudah harus bekerja kembali. Oiya aku harus meminta maaf pada Om Kelian Karena tidak menepati janjiku untuk menonton pertunjukan teaternya, padahal Aku sangat ingin menonton pertunjukan teater itu. Tapii Yaa mau Bagaimana lagi kan?. Aku membereskan mejaku mataku tertuju pada laptopku yang sudah lama menganggur dan tidak kusentuh, nampak berdebu. Memoriku langsung mengingat saat-saat kuliahku, kesibukanku dengan laporan, praktikum, penelitian yang SAAT ITU kupikir adalah makanan sehari-hariku. Benda itu selalu melekat. Tapi sekarang? Ah sudahlah! Aku berjanji tidak akan menyesali keputusanku untuk menunda kuliahku Karena aku tahu ini memang cara yang paling tepat yang kulakukan.

Ditengah-tengah kesibukanku berberes, dari arah luar terdengar suara ketukan pintu. Dengan ekspresi heran aku melangkah ke sumber suara. Aneh tumben ada yang bertamu? dan malam-malam seperti ini?. Oiya ini adalah tamu pertamaku sepanjang aku tinggal di kontrakan ini. Kubuka pintu aku lumayan terkejut. Alvin!. Dia tepat didepanku dengan wajah tanpa ekspresi, sekarang mata kami saling menatap. Aku menatap heran pada Alvin. Dia sedang apa kesini? Lebih tepatnya dia mau apa kesini malam-malam?

"Vin? Lu..ngapain?", Aku bertanya heran.

"Ben, ada yang mau gua omongin sama lu. Sorry ganggu lu malem-malem", ia menjawab dengan tergesa-gesa seperti ada sesuatu yang penting yang mau dia bicarakan. Aku hanya merespon dengan mengangkat sedikit kepalaku tandaku oke oke Aja itu artinya dia tidak mengganggu. Aku kemudian mempersilahkannya masuk untuk duduk di meja makan sekaligus meja tamu kami.

"Nggak papa di luar aja Ben, gua khawatir ngeganggu Savana. Savana udah tidurkan?"

"Iya Vin"

Syukurlah ia ingin di luar Karena kondisi di dalam belum kubereskan. Kamipun duduk di kursi kayu yang cukup kokoh pilihan Rinjani saat itu yang bersikukuh ingin menaruh kursi di luar. Katanya, "kalo ada tamu biar di luar aja, nggak enak liat dalaman Kontrakan Kita yang langsung connect sama kamar, maluu tauu tiba-tiba tamu kamu asyik duduk terus aku tiba-tiba keluar nggak pake baju, gimana?", Begitulah ia saat itu yang mengomel perihal kursi tapi melihatnya seperti itu aku semakin jatuh cinta padanya. Saat itu responku Hanya tersenyum melihat ia mengomel, ia terlihat seperti ibu-ibu sungguhan. Sekarang itu sudah jadi masa lalu, tidak perlu kuingat lagi. Cukup! Cukup! Cukup!

"Ben, gua denger kabar perceraian lu sama Rinjani. Sumpah gue..gue kaget. Oke gue nggak paham sama masalah kalian berdua. Tapi Jujur gue sangat menyayangkan itu terjadi. Gua prihatin. Gua kasihan sama Savana. Gua kasihan sama lu dan Rinjani. Lu tauu Rinjani, Ben..betapa menderitanya dia. Dia pernah bilang ke gua kalo dia bener-bener cinta banget sama kalian berdua. Dia bilang dia nggak mau ninggalin kalian. Dia cuma korban Ben. Coba lu pikir lagi deh..!"

"Gua harus mikir apalagi! Buktinya sekarang dia milih ikut orang tuanyakan!"

"Ben, lu nggak tahu. Dia sebenarnya menderita. Sekarang lu liat ini", ia menunjukkanku isi pesannya dengan Rinjani.

1 week ago

Rinjani : Vin, aku minta maaf sama kejadian waktu itu. Maafin aku udah ngebentak kamu.

Rinjani: Vin, kamu maukan denger cerita aku?

Rinjani : Vin, please!

Rinjani : Vin rasanya aku pengen mati Aja deh

Alvin : Hey, kamu kenapa Je?

Alvin : Please, jangan bunuh diri.

Alvin : Aku bakalan dengerin cerita kamu

Rinjani : Tapi kamu bisa maafin aku kan?

Alvin : Iyaa Je.

Rinjani : Vin, Aku nggak tahu apa yang dipikirin orang tuaku. Mereka maksa Bentang buat ngajuin perceraian ke gereja. Kupikir aku hanya cukup berpisah tempat tinggal saja dan kupikir setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dariku aku bisa kembali Hidup bersama dengan orang yang kusayang. Ternyata aku bodoh, Mereka menguasaiku. kenyataannya Sekarang Bentang dan aku sudah bercerai. Egoisnya aku, Aku tidak ingin Bentang menyetujui perceraian itu tapi ia melakukannya. Jujur hatiku sakit. Padahal ia lebih banyak tersakiti oleh ulahku. Dan tentu itu adalah pilihan yang paling tepat yang harus ia lakukan yakni 'bercerai denganku'. Untuk apa ia harus mempertahankan hubungan dengan orang sepertikukan? Aku bener-bener gila! Hahaha sumpah! Vin..kamu Masih mau baca ceritakukan?

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang