Pertunjukan jadi Kejutan

46 4 2
                                    

Aku dan Savana baru saja sampai di Gedung Balai Kartini. Kami kesini tentu saja dengan motor butut andalanku. Tadi kuusahakan untuk datang lebih awal. supaya udara tidak terlalu dingin kalo terlalu malam. Entahlah nanti kalo kembalinya mau tidak mau, tapi tentu sudah kusiapkan jaket untuk Savana supaya ia cukup terjaga dengan udara malam. Banyak pengunjung yang datang. Sepertinya mereka juga akan menonton pertunjukan teater. Oiya Sebenarnya aku kurang tahu lokasi pertunjukan teaternya ada dimana karena ini kali pertama aku ke Balai Kartini untuk menonton pertunjukan teater. Aku agak bingung tapi kulihat se-gerombolan pemuda laki-laki dan perempuan sepertinya seumuran denganku berjalan sambil membawa tiket yang sama denganku menuju ke arah sebuah ruangan. Dapat kutebak mereka akan menonton pertunjukan juga. Aku akhirnya mengikuti mereka.

"Aya...aya..tuwun.. tuwun..", tiba-tiba Savana menunjuk-nunjuk kebawah memintaku untuk menurunkannya. Ia mau berjalan! Tapi ia baru bisa berjalan beberapa langkah. Aku jadi bingung.

"Savana, Ayah gendong aja yaa, disini rame banget. Tuh lihat tu..", aku mencoba membujuknya dengan menunjuk pengunjung yang berlalu lalang. Karena ini sangat ramai.

"Eeeng...nggak..nggak...tuwun!! Aya..tuwuun", Astagaa ia merengek bersikeras ingin berjalan. Ia menarik-narik bajuku sampai beberapa pengunjung memandangi kearah kami. Baiklah aku menyerah aku tidak sanggup melihatnya merengek seperti ini.

"Oke oke", aku melepas gendonganku dan menurunkannya. Tanpa aba-aba Ia langsung melangkahkan kakinya, berjalan masih tertatih-tatih.  Aku mengikutinya di belakang. Entahlah kemana arahnya berjalan. beberapa kali ia hampir menabrak pengunjung yang berlalu lalang, dan seringkali ia terjatuh tapi ia bangun lagi dan berjalan lagi. Ia terlihat senang. Aku terus fokus mengikutinya dari belakang sampai...

Duk!

..Ia menabrak orang. Tuhkan sekarang ia benar-benar menabrak orang sampai posisinya terduduk. Ia menangis.

"Astaga! Maaf..maaf", Seorang perempuan yang ditabrak Savana  kaget dan langsung berusaha mengambil Savana. Aku juga kaget. Aku berusaha menenangkan Savana dan mengambilnya dari gendongan perempuan itu.

"Maaf ya Mas Saya bener-bener nggak sad...", Kalimatnya terpotong sampai aku mengalihkan pandanganku yang fokus menenangkan Savana ke arah perempuan itu.

"Bentang", Ia terkejut.

"Akseyna", Aku agak terkejut juga. Ternyata perempuan yang ditabrak Savana adalah Akseyna. Aku nggak nyangka bisa ketemu disini setelah tiga minggu lebih nggak ketemu di kampus. Oiya ia beberapa kali mengirimiku Pesan menanyai kabarku yang nggak pernah masuk kuliah beberapa minggu itu tapi...maaf...aku tidak membalas pesannya. Dan sekarang posisiku adalah terkejut dan malu.

"Bentang, kamu kemana aja? Beberapa minggu ini aku nggak pernah lihat kamu di kampus"

"Mmm aku..", saat aku mau membalas tiba-tiba Savana meraung menangis. Sepertinya gedung ini penuh dengan Suara tangisnya. Orang mulai beralih melirik ke arah kami dengan tatapan heran. Jujur aku sangat malu sekarang.

"Akan Kuceritakan nanti yaa aku harus keluar!", Aku langsung melangkahku kaki cepat-cepat untuk keluar gedung. Yeah aku nggak mau jadi pusat perhatian dengan tangisan Savana yang bisa mengganggu orang.

"Hei Ben tunggu!", Akseyna mencoba menghentikanku. Tapi aku harus segera keluar. Tangisnya semakin pecah.

Sudahlah malam ini sepertinya tidak ada acara nonton pertunjukan teater. Sia-sia sudah malam ini. Savana. Aku nggak mungkin menyalakannya kan? Ia Masih kecil dan ia nggak tahu apa-apa. Dan tentunya ini salahku. Okee, Aku nggak seharusnya datang menonton pertunjukan ini untuk memuaskan keinginanku. Aku seharusnya mengisi malamku dengan beristirahat atau membacakan buku untuk Savana sampai ia terlelap atau membersihkan Kontrakanku yang nggak sempat kubersihkan Karena sibuk bekerja.

RINJANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang