BREATH (2)

1.8K 254 8
                                    

Sebuah mobil putih tampak berhenti tepat di halaman mansion Choi. Gadis bersurai hitam terlihat turun lalu melangkah gontai memasuki mansion. Suasana sepi menyambut kedatangannya, tentu saja karna jam sudah menunjukkan waktu dini hari.

Sudah terbiasa pulang larut, bahkan menjelang pagi. Jam pulangnya memang tidak menentu mengingat profesinya yang terkadang mendapat tugas mendadak. Choi Jisoo, baru saja ia akan menaiki anak tangga, ekor matanya menangkap seseorang yang tertidur di sofa ruang tengah. Jisoo mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar, memilih menghampiri seseorang yang tak lain adalah adiknya.

Sejenak mengamati wajah damai sang adik yang terlelap. Ini bukan kali pertama ia mendapati salah satu adiknya tertidur di sofa karna menunggunya. Jisoo sering mengatakan pada ketiga adiknya untuk tidak menunggunya pulang. Tapi tampaknya mereka tetap melakukan itu.

"Jennie-ya bangunlah." ucap Jisoo mencoba membangunkan adik pertamanya.

Gadis bermata kucing itu tampak mengerjap. Ia merubah posisinya menjadi duduk saat melihat sang kakak pulang.

"Unnie sudah pulang."

Jisoo tersenyum, ia merapikan beberapa helai rambut yang menutupi wajah Jennie.

"Mengapa tidur di sini? Unnie sudah katakan jangan menunggu Unnie pulang."

Sepertinya nyawa Jennie belum sepenuhnya terkumpul. Sangat jelas terlihat mata gadis itu terasa begitu berat.

"Pindah ke kamarmu, biar Unnie antar."

"Unnie."

Jisoo yang tadinya mulai beranjak, ia kembali duduk saat tangannya di tahan oleh Jennie.

"Apa Unnie lupa tentang hari besok?"

Sulung Choi itu terdiam, ia tentu tidak melupakan hal itu. Besok adalah pertemuan mereka dengan saudari mereka yang lain, anak dari sang Ayah bersama wanita lain.

Simpanan?
Selingkuhan?
Entah lebih pantas disebut apa. Yang lebih mengejutkan, usia Jisoo dan ketiga adiknya tak beda jauh dengan usia gadis yang akan menjadi saudari mereka.

Sudah di pastikan jika hubungan sang Ayah dengan kekasih gelapnya sudah terjalin cukup lama. Lantas bagaimana perasaan sang Ibu saat tau lelaki yang begitu dia percayai berkhianat?

"Kedua adik kita tak akan setuju dengan keputusan konyol itu Unnie. Ini akan menyakiti mereka."

Bagaimana mungkin mereka akan hidup satu atap dengan orang-orang yang tak pernah mereka kenal. Dan jangan lupakan fakta jika mereka akan tinggal bersama anak selingkuhan Ayah mereka.

Jelas itu adalah mimpi buruk bagi mereka.

"Unnie tak akan membiarkan siapapun menyakiti adik-adik Unnie. Untuk sementara, mau tidak mau kita harus mengikuti ucapan pengacara Park."

Jisoo meletakkan satu tangannya di atas punggung tangan Jennie.

"Jennie-ya, mianhae aku belum bisa menjadi Unnie yang baik untuk kalian. Aku terlalu sibuk hingga tak sempat memikirkan kalian." sesal Jisoo. Gadis itu menyadari jika akhir-akhir ini ia jarang memiliki waktu bersama ketiga adiknya.

"Aniya, kau yang terbaik. Aku, Chaeng dan Lisa memahamimu. Tapi... bisakah kau berjanji padaku."

Jisoo menatap lekat wajah Jennie, menunggu gadis bermata kucing itu melanjutkan ucapannya.

"Jangan pernah terluka seperti Yeji Eomma. Aku tidak bisa kehilangan untuk yang ke sekian kalinya Unnie."

.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang