BREATH (20)

1.3K 211 12
                                    

Katakan jika saat ini Jisoo benar-benar tak berdaya dengan keadaannya. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka lebam akibat siksaan dari anak buah Suho. Wajah cantiknya tampak pucat dengan darah di sudut bibirnya yang mulai mengering. Posisinya masih sama, terikat di atas kursi dengan mulut tertutup lakban hitam.

Dalam ketidakberdayaannya, Jisoo teringat wajah ketiga adiknya. Mereka yang selama ini menjadi sumber kebahagiaan juga kekuatan untuk Jisoo. Memikul tanggung jawab besar sebagai seorang kakak bukanlah hal yang mudah. Sejak kedua orang tuanya meninggal, ia berusaha menjadi sosok kakak yang baik untuk adik-adiknya. Namun kenyatannya sampai sekarang ia belum bisa melakukannya.

Sebagian waktunya habis untuk mengabdi pada negara. Membuatnya terkadang harus menomorduakan adik-adiknya di bawah kepentingan pekerjaan. Sesuatu yang semakin membuatnya merasa bersalah saat adik-adiknya harus ikut mendapat ancaman dari dunianya.

Dulu sebisa mungkin Jisoo menyembunyikan identitasnya juga keluarganya. Tapi tampaknya hal itu sudah banyak di ketahui orang. Terlebih mereka yang pernah Jisoo seret ke kantor polisi. Salah satunya adalah orang yang saat ini tengah menyekapnya.

Kim Suho, putra seorang mafia kelas kakap. Pria itu datang pada Jisoo dengan tujuan untuk membalas dendam atas kematian Ayahnya, Kim Won Hae. Jisoo berhasil menyeret Won Hae bersama orang-orang yang terlibat dalam kejahatan besarnya. Mereka dijatuhi hukuman mati atas kesalahan yang mereka perbuat. Kasus itu sudah begitu lama terjadi. Tak di sangka jika akan menimbulkan balas dendam di kemudian hari.

Lama merenung membuat Jisoo tersentak saat pintu ruangan itu terbuka kasar.

Brukk

Bisa Jisoo lihat tubuh seorang gadis yang tak sadarkan diri berada di bawah kakinya.

"Aku tidak berbohong tentang ucapanku Jisoo-ssi, ku bawa satu adikmu untuk menemanimu."

Mata sayu itu membulat sempurna saat Suho mengangkat wajah gadis yang tak sadarkan diri tadi. Jisoo menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja di lakukan pria di hadapannya. Dengan jelas Jisoo bisa melihat wajah Yewon yang masih terpejam.

"Bukan kah dia juga adikmu?" tanya Suho dengan senyumnya yang menyebalkan. Dengan kasar ia kembali menghempas tubuh Yewon.

"Ah aku lupa, dia hanya anak Ayahmu bersama seorang jalang bukan?"

Byurr

Jisoo kembali di buat terkejut saat Suho mengguyur wajah Yewon dengan botol air mineral. Tak lama ia bisa melihat mata gadis itu mengerjap perlahan.

"Kejutan!"

Yewon merasa kepalanya begitu sakit, ia meringis seraya memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Ia menatap sekeliling, merasa asing dengan tempat di mana ia berada sekarang.

"Halo nona."

Tatapan Yewon beralih pada pria yang berjongkok di sampingnya. Ia menyipitkan matanya saat merasa tak mengenali pria itu. Seketika Yewon teringat, ia sempat tak sadarkan diri setelah seseorang membekap mulutnya.

"S-siapa kau?" ucap Yewon dengan pandangan sedikit buram. Entah apa yang mereka berikan pada Yewon hingga rasanya sungguh menyiksa tubuhnya.

Yewon masih belum menyadari akan keberadaan Jisoo. Ia terus menatap pria asing itu. Melihat wajahnya, Yewon bisa menduga jika pria dihadapannya bukanlah orang baik.

"Tidak penting mengetahui siapa aku gadis manis. Tapi kau pasti mengenal gadis itu." ucap Suho seraya menunjuk Jisoo dengan dagunya.

Perlahan Yewon mengikuti arah pandang Suho. Wajahnya seketika terkejut melihat keberadaan seorang gadis yang terikat di atas kursi. Ia membulatkan matanya saat mengenal siapa gadis yang kini dalam kondisi cukup menyedihkan. Yewon reflek ingin mendekat, namun sebuah tangan kekar menahannya.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang