BREATH (10)

1.3K 228 12
                                    

Tubuhnya membeku saat sebuah brankar didorong keluar oleh petugas medis dari ruang ICU. Menatap seseorang yang terbaring di sana dengan kain putih hampir menutupi seluruh tubuh. Berusaha melangkahkan kakinya yang tiba-tiba terasa berat. Sojung menatap satu persatu petugas medis yang tampak menunduk. Dadanya terasa sesak saat pikiran buruk mulai berputar dikepalanya. Ia kembali menatap seseorang yang terbaring di atas brankar. Tangannya yang bergetar perlahan membuka kain putih itu.

Dunianya terasa berputar saat dengan jelas ia melihat wajah pucat adiknya yang terpejam dengan damai. Sojung beralih menatap Jongin yang berdiri disana. Pria itu juga terlihat menunduk.

"Apa kalian sedang mengerjaiku? Ini bukan hari ulang tahunku."

Berharap mereka hanya sedang menyiapkan kejutan untuknya. Tapi mengapa harus dengan cara seperti ini. Sojung merasa ini terlalu menakutkan. Merasa ucapannya tak mendapat tanggapan, dengan tangan bergetar Sojung menyentuh wajah pucat adiknya yang terasa begitu dingin.

"Mengapa tubuhmu sangat dingin Yerin-ah? Apa kau merasa kedinginan?"

Mata gadis berkaki jenjang itu tampak berkaca-kaca. Ia terus saja menepis pikiran buruknya tentang sang adik. Dengan cepat Sojung melepas jaket denim yang melekat di tubuhnya, ia segera memakaikan jaket itu untuk menutupi tubuh dingin sang adik.

"Kau harus tetap hangat eoh."

Jongin tampak berjalan mendekati Sojung. Ia menyentuh kedua bahu gadis itu, menatap lekat wajah Sojung yang begitu menampilkan kerapuhan.

"Ikhlaskan Sojung-ah, adikmu sudah tenang."

Sojung tertawa mendengar ucapan Jongin. Namun sesuatu justru jatuh dari pelupuk matanya.

"Ikhlas bagaimana? Adikku hanya sedang tidur." ucap Sojung. Ia kembali menatap wajah Yerin.

"Bangunlah Yerin. Lihat apa yang mereka lakukan padamu. Mereka menutupi tubuhmu seolah kau sudah tiada."

Semua petugas medis tampak mengalihkan pandangannya. Merasa tak tega melihat pemandangan menyedihkan itu.

Yewon tampak berjalan keluar dari ruang ICU dengan Jennie yang merangkulnya. Chaeyoung dan Lisa juga terlihat berjalan di belakang mereka. Pandangan Yewon langsung tertuju pada kakak sulungnya yang terlihat berdiri disebelah brankar Yerin.

Yewon bergegas mendekati sang kakak lalu dengan kasar meraih kerah kemeja kakaknya.

"Untuk apa kau datang Choi Sojung!"

Wajah Yewon tampak memerah menahan amarah. Melihat kakak sulungnya yang baru datang setelah Yerin pergi untuk selamanya. Gadis itu benar-benar kecewa dan marah pada Sojung. Mengingat bagaimana dirinya berusaha menghubungi Sojung untuk memberitahu keadaan Yerin. Namun Sojung terus saja mengabaikannya.

"Kau puas? Mengabaikan adikmu sendiri hingga Tuhan mengambil nyawanya!"

"Mengapa kau baru datang Choi Sojung!"

Nafas Yewon tampak memburu. Di saat-saat terakhir sang kakak, Sojung justru tak berada di sampingnya. Membiarkan dirinya ketakutan seorang diri akan bayang-bayang kehilangan. Seharusnya kakak sulungnya berada di sana. Ikut memberikan kekuatan pada Yerin untuk bertahan.

"Apa yang kau katakan Yewon? Kau lihat, Yerin baik-baik saja. Dia hanya sedang tidur."

"Yerin Unnie sudah meninggal Unnie! Dia sudah pergi meninggalkan kita!" teriak Yewon dengan tangan menghempas kasar kerah kemeja Sojung.

"Sejak kemarin aku berusaha menghubungimu, Yerin Unnie sekarat dan kau terus saja mengabaikannya!"

Yewon mendorong kasar tubuh Sojung hingga terhuyung beberapa langkah.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang