BREATH (8)

1.3K 225 13
                                    

"Apa yang kau harapkan dari mereka Unnie? Penolakan? Ucapan kasar?"

Kata-kata itu terus terngiang di telinga Yerin. Memikirkan hubungan persaudaraan ketujuh putri Ayahnya, termasuk dirinya. Sedikitpun Yerin tak pernah menaruh benci pada sang Ayah maupun keempat putri Ayahnya yang lain. Tapi entah mengapa di sini hanya dirinya yang memiliki perasaan itu.

Menaruh harapan besar pada waktu yang cepat atau lambat pasti akan membuat hubungan persaudaraan mereka membaik. Tapi kenyataannya yang terjadi sekarang, rasa benci itu masih tertanam di hati masing-masing saudarinya.

Yerin akui, selama ini ia memang berusaha menahan kakak dan juga adiknya yang berulang kali mengajaknya keluar dari mansion Choi. Berusaha meyakinkan Sojung dan Yewon untuk menunggu sebentar saja. Namun kemarahan sang adik kemarin cukup membuatnya sadar jika dirinya sudah egois. Mengharapkan sesuatu yang begitu mustahil, dan justru menyakiti dirinya serta kedua saudarinya.

Yerin menghentikan mobilnya tepat di halaman mansion. Terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk turun dari mobil. Gadis cantik itu terlihat menatap sekeliling mansion. Semewah apapun tempat tinggalnya sekarang, rasanya percuma jika sedikit pun kebahagiaan tak ia temui di sini. Awalnya ia pikir semua akan baik-baik saja meski hidup berdampingan dengan anak Ayahnya yang lain. Saling mengakui dan menyayangi meski berbeda Ibu. Namun ternyata itu hanya khayalannya semata.

Yerin menoleh saat sebuah mobil baru saja tiba di halaman mansion. Ia melihat dua gadis kembar yang turun dari mobil. Chaeyoung dan Lisa, dua gadis itu baru saja pulang dari kampus.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan di depan mata, Yeri berniat menghampiri gadis kembar itu untuk mengajak mereka berbicara.

"Lisa-ya, Chaeng-ah tunggu." seru Yerin seraya berjalan ke arah mereka.

Raut ketidaksukaan mulai terlihat di wajah kedua gadis kembar itu, terlebih Lisa.

"Bukankah sudah ku katakan untuk tidak memanggilku dengan sebutan itu." ucap Lisa.

Yerin sudah menduga jika ia akan mendapat ucapan kasar dari gadis di hadapannya. Tampaknya ia sudah terbiasa dengan hal itu.

"Sebegitu tidak suka kah kalian padaku?" entah apa yang ada di pikiran kedua adik kembarnya. Satu kali pun mereka tak pernah berlaku sopan pada dirinya. Padahal bagaimana pun ia tetaplah kakak mereka.

"Kau masih bertanya? Bukankah kau sudah tau jawabannya." kini giliran Chaeyoung yang menanggapi. Gadis blonde itu sedang tak berminat memulai keributan. Ia pun segera menarik tangan Lisa untuk pergi dari sana.

"Apa alasanmu membenciku dan kedua saudariku? Jika alasannya karna kami anak perempuan simpanan Appa, bukankah kami juga korban di sini?" pertanyaan Yerin mampu menghentikan pergerakan kedua gadis kembar itu. Mereka tampak menatap Yerin yang juga sedang menatapnya.

"Kehidupan kalian bahkan jauh lebih beruntung dari pada kami. Bertahun-tahun kami hidup dalam kesulitan tanpa peran seorang Ayah. Sedangkan kalian, kemewahan bahkan kasih sayang Appa begitu mudah kalian dapatkan. Lalu mengapa kalian harus membenci kami?"

Seolah di ingatkan kembali pada kehidupannya beberapa tahun lalu. Saat mereka benar-benar berada di titik tersulit. Dirinya yang harus keluar masuk rumah sakit, kedua saudarinya yang harus bekerja keras demi membiayai pengobatannya. Dan yang paling menyakitkan adalah saat sang Ibu harus pergi untuk selamanya.

"Jika kalian membenci kami, lalu bagaimana dengan perasaan kami yang harus menerima kebencian juga kemarahan tak berguna kalian?"

Mata Yerin mulai berkaca-kaca. Masih sangat jelas di ingatannya saat Sojung dan Yewon bekerja tak kenal waktu hanya untuk kesembuhannya. Bahkan Yewon yang ketika itu masih duduk di bangku SMP harus ikut merasakan kerasnya mencari uang.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang