Jisoo memeriksa seluruh penjuru ruang rawat Yewon saat ia tak mendapati adiknya di sana. Wajahnya mulai panik, segala pemikiran buruk mulai berputar dikepalanya. Gadis itu bergegas keluar, mencari perawat yang tadi ia perintahkan untuk menjaga Yewon.
"Dimana adikku? Mengapa kamar rawatnya kosong?" tanya Jisoo dengan nada cemas. Ia menatap tajam perawat yang menurutnya tak mengikuti ucapannya tadi.
Wanita itu tampak menelan salivanya susah payah saat melihat tatapan tajam yang Jisoo layangkan.
"Maaf nona, seorang pria membawa adikmu keluar. Nona Yewon hanya mengatakan jika dia akan menemui kakaknya. Saya pikir itu anda nona."
Seorang pria?
Menemui kakaknya?Jantung Jisoo berdetak dua kali lebih cepat saat menyadari sesuatu. Gadis itu segera melangkah keluar dari gedung rumah sakit, bergegas memasuki mobil lalu menjalankannya dengan kecepatan tinggi.
"Apa yang kau lakukan pada adikku Paman?" gumam Jisoo seraya meremas kuat setir kemudi. Hatinya bergemuruh, ia sungguh khawatir jika Bogum benar-benar membawa Yewon menemui Sojung.
Jisoo semakin menambah kecepatan laju mobilnya. Tak peduli jika itu akan membahayakan dirinya sendiri. Ia harus segera menyusul Yewon sebelum adiknya itu tau yang sebenarnya.
.
.
.
Dengan masih mengenakan piyama rumah sakit, juga jas kebesaran milik Bogum yang menutupi sebagian tubuhnya. Dahi Yewon mengernyit saat menatap sebuah pemakaman luas di hadapannya. Mengapa Bogum membawanya ke tempat seperti itu? Bukankah pria itu mengatakan akan membawanya bertemu Sojung?
"Mengapa kau membawaku kemari?"
Gadis yang duduk di atas kursi roda dengan perban coklat masih melekat sempurna di kepalanya. Ia mendongak, menatap penuh tanya pada pria yang berdiri di sebelahnya.
"Paman."
Pria itu menoleh, ia menatap sendu pada Yewon. Lidahnya seolah kelu untuk sekedar menjawab kebingungan gadis itu. Tanpa mengatakan apapun, Bogum perlahan mendorong kursi roda Yewon, melewati beberapa makam di sana. Hingga langkahnya terhenti tepat di hadapan sebuah makam yang sejak tadi menjadi tujuannya.
Tubuh Yewon membeku, matanya bergetar saat dengan jelas ia membaca sebuah nama yang terukir di batu nisan.
"Kakakmu meninggal tepat di hari saat dia datang menyelamatkanmu."
Dunianya terasa berhenti. Mengulang kembali apa yang baru saja di ucapkan Bogum. Bukankah sejak kemarin ia sudah membuang jauh-jauh pikiran buruknya tentang sang kakak? Berkali-kali hadir dalam mimpinya dengan pakaian serba putih. Mengucapkan kata-kata seolah itu adalah waktu terakhirnya.
Ini pasti salah, yang di hadapannya itu pasti bukan makam kakaknya.
"Apa kau sedang mengerjaiku? Mana mungkin kakakku meninggal." ucap Yewon lalu tertawa kecil. Ia yakin jika Bogum sedang mengerjainya.
Bogum menatap Yewon lirih, perlahan ia berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Yewon. Meski Yewon tertawa, Bogum bisa melihat mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Aku memintamu membawaku ke tempat Sojung Unnie. Bukan ke tempat seperti ini Paman." ucap Yewon seraya mencoba menjalankan kursi rodanya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu dan bertemu Sojung.
Melihat Yewon melakukan pergerakan, Bogum dengan cepat menahannya. Kembali ia tatap wajah gadis yang untuk kesekian kalinya kembali terluka.
"Yewon-ah, Sojung mengalami luka tembak di punggungnya. Dia meninggal sebelum sempat mendapat pertolongan medis."

KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH
FanfictionDibalik setiap hembusan nafas, sebuah tanggung jawab besar harus dipikul. Meski hidup tak sesuai keinginan, Tuhan lebih tau jalan mana yang lebih baik. . . . Jisoo-Sojung-Jennie-Yerin-Chaeyoung-Lisa-Yewon. # 1 - gfriend 15-09-2021 # 1 - sibling 13-1...