BREATH (13)

1.2K 213 15
                                    

Jam sudah menunjukkan waktu malam, namun tampaknya hal itu tak membuat Yewon menyudahi kegiatannya berkutat dengan layar laptop. Wajahnya begitu serius dengan jari sibuk mengetikkan sesuatu di atas keyboard. Gadis itu sedang mencoba melacak nomor asing yang sempat mengirim pesan padanya. Nomor tak dikenal itu sudah tidak aktif, lokasi terakhir yang Yewon temukan adalah tempat dimana Lisa menerima tusukkan.

Kemungkinan, pelaku penusukkan Lisa dan pengirim pesan teror pada Yewon adalah orang yang sama.

Yewon terdiam sejenak, kepalanya mulai dipenuhi pemikiran-pemikiran tentang siapa pelaku dibalik semua yang terjadi hari ini. Jika akar mula permasalahannya dari Sojung, mengapa Lisa yang menjadi incarannya? Mengapa bukan dirinya yang sudah jelas adik kandung Sojung?

Selama ini, Jung Krystal sekalipun tidak pernah tau tentang Sojung dan Yewon yang memiliki empat saudari lain. Mustahil jika kejadian buruk yang menimpa Lisa berasal dari dunia kelam Sojung dan Yewon. Karna tak satupun dari mereka yang satu jalan dengan Sojung dan Yewon mengetahui tentang keluarga Choi.

Yewon tampak memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Memikirkan hal itu membuat kepala Yewon serasa ingin meledak. Ia baru saja melakukan donor darah, sejak tadi tubuhnya juga terasa lemas. Di tambah sekarang kepalanya terasa begitu sakit.

Yewon meraih ponsel yang ia letakkan di atas tempat tidur. Sedikit ragu saat jarinya akan mendial nomor seseorang yang akan ia hubungi. Setelah bergelut dengan keraguannya, Yewon memutuskan untuk memberanikan diri menghubungi Sojung.

"Yeoboseyo."

Yewon menelan salivanya susah payah. Suara itu, mengapa ia merasa begitu merindukannya. Beberapa hari terakhir baik Yewon maupun Sojung memang terlihat tak saling berbicara. Lebih tepatnya Yewon lah yang tampak mendiamkan Sojung.

"Yewon-ah, wae geurae?"

Yewon mengerjapkan matanya saat suara di seberang telpon membuyarkan lamunannya.

"U-unnie, bisakah malam ini kau pulang?"

Hening sejenak, Yewon masih menunggu jawaban dari seseorang diseberang telpon.

"Nde, aku sedang di jalan untuk pulang."

Yewon tampak bernafas lega mendengarnya.

"Jika begitu, berhati-hatilah. Ku tunggu kau pulang Unnie."

Yewon memutus panggilannya secara sepihak. Ia harus memberitahu sang kakak perihal pesan teror yang dikirim padanya.

.

.

.

Jisoo terlihat keluar dari ruang rawat adiknya saat ponselnya bergetar. Gadis itu segera menggeser tanda hijau dilayar ponsel saat tau jika Sinb yang menelponnya.

"Bisakah kau datang ke markas? Ini tentang pelaku yang mencelakai adikmu."

Tanpa mengatakan apapun, gadis bersurai hitam itu bergegas keluar dari rumah sakit. Ia sempat mengirim pesan pada Jennie lebih dulu bahwa ia harus mengurus sesuatu. Jika sudah menyangkut adik-adiknya, demi apapun Jisoo tak akan membiarkan orang yang sudah mencelakai adiknya hidup bebas di luar sana.

Sesampainya di markas, Sinb langsung menunjukkan hasil rekaman cctv yang sempat merekam insiden yang menimpa Lisa. Wajah Jisoo tampak serius, ia menajamkan penglihatannya saat dengan jelas seseorang berjalan ke arah Lisa dengan pakaian tertutup. Sebuah pisau lipat terlihat di tangan orang itu. Berpura-pura seolah mereka tak sengaja bertabrakan padahal saat itulah pelaku melangsungkan aksinya.

Jisoo menjeda rekaman cctv tepat sebelum pelaku itu pergi. Ia menatap lekat pada pelaku yang tampak ia zoom. Pakaian dan topi itu, Jisoo mengenalnya. Satu tangan Jisoo tampak terkepal kuat. Tatapannya berubah tajam saat ia tau siapa orang yang sudah mencelakai adiknya.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang