Mobil Sojung berhenti tepat di halaman mansion Choi. Gadis itu menoleh pada seseorang yang duduk di sebelahnya. Terlihat jelas raut ketakutan di wajah Jennie. Kemungkinan gadis mandu itu masih sangat shock atas kejadian yang hampir saja mambahayakan nyawanya.
"Gwenchana." Suara lembut Sojung mencoba menenangkan ketakutan Jennie. Ia bisa melihat kedua tangan Jennie yang saling meremas.
"Gwenchana, dia tak akan mengganggumu lagi." ucap Sojung kembali dengan tangan menyentuh tangan Jennie yang terasa bergetar.
Jennie tampak menoleh, ia menatap Sojung yang juga menatapnya dengan lembut. Sangat berbeda dari Sojung yang biasa ia lihat.
Gadis tinggi itu perlahan menyingkap pakaian bagian belakang milik Jennie. Berniat memeriksa keadaan punggung gadis mandu itu. Jika tidak salah, Sojung sempat melihat pria jahat tadi melukai punggung Jennie.
"Punggungmu tergores, kau harus cepat mengobatinya agar tak infeksi."
Perasaan apa ini, mengapa hati Jennie menghangat saat seseorang mengkhawatirkan keadaannya? Dan mengapa harus gadis yang begitu ia benci kehadirannya.
Jennie hanya mengangguk, ia menutup kembali pakaiannya yang disingkap Sojung. Perlahan Jennie membuka pintu mobil lalu turun. Sekarang ia hanya ingin segera tiba di kamarnya untuk menenangkan diri.
"Jennie-ya."
Bukan Sojung yang memanggil, melainkan gadis bersurai hitam yang tampak baru saja turun dari mobilnya.
"Jennie-ya, Mianhae aku terlambat menjemputmu."
Jennie hanya menatap Jisoo dengan tatapan yang sulit di artikan. Ia kecewa pada sang kakak yang tidak menepati ucapannya, hingga membuat Jennie mengalami kejadian buruk di halte.
"Jika tak bisa menjemput setidaknya katakan dari awal. Kau tau, aku hampir celaka karna menunggumu sendirian Unnie."
Wajah Jennie tampak memerah dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia sungguh berharap sang kakak datang menjemputnya. Dua jam ia menunggu dan Jisoo tak kunjung datang. Sedikit bersyukur karna Tuhan masih melindunginya dengan mendatangkan orang lain untuk menolongnya.
"Apa maksudmu Jennie?"
Gadis mandu itu tidak menjawab, ia memilih mengambil langkah lalu pergi meninggalkan Jisoo. Tak peduli dengan Jisoo yang terus memanggilnya.
"Dia baru saja dirampok."
Ucapan seseorang mengalihkan atensi Jisoo. Ia tentu terkejut mengetahui jika adiknya baru saja di rampok. Jisoo menatap gadis yang turun dari mobil lalu berjalan mendekatinya. Ia bahkan tidak sadar jika sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan pertengkarannya dengan sang adik.
"Jika saja aku tak sengaja lewat, mungkin adikmu tidak akan berada di sini sekarang." ucap Sojung. Gadis tinggi itu menyaksikan bagaimana hubungan persaudaraan gadis di hadapannya yang semakin hari tampak semakin merenggang.
"Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu. Hanya saja tanpa kau sadari, kau semakin melangkah jauh membiarkan adik-adikmu sendirian. Aku juga seorang kakak, sesibuk apapun aku tak akan membiarkan adik-adikku merasa kesepian."
Jisoo terdiam mencerna kata-kata Sojung. Ia seolah ditampar dengan pernyataan bahwa ia mulai tak peduli pada adik-adiknya. Jisoo akui dirinya sangat sibuk, terlalu mementingkan pekerjaan hingga membuatnya lupa pada ketiga adiknya. Bukan maksud Jisoo tak peduli, gadis itu pikir adik-adiknya sudah cukup dewasa hingga tak membutuhkan dampingan dirinya.
'Apa aku sudah sangat keterlaluan?'
Jisoo memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Ia baru saja pulang dan harus bertengkar dengan adiknya. Ia harus meminta maaf pada Jennie dan kedua adik kembarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BREATH
FanfictionDibalik setiap hembusan nafas, sebuah tanggung jawab besar harus dipikul. Meski hidup tak sesuai keinginan, Tuhan lebih tau jalan mana yang lebih baik. . . . Jisoo-Sojung-Jennie-Yerin-Chaeyoung-Lisa-Yewon. # 1 - gfriend 15-09-2021 # 1 - sibling 13-1...