22

3.6K 320 24
                                    

Ruangan itu temaram, lembab dan terasa dingin. Baekhyun tak tahu harus apa untuk bisa melepaskan diri. Ikatan tali pada tubuhnya begitu kencang sedang ia sudah mulai lelah dan sulit bergerak, usia kandungannya yang sudah memasuki bulan ke-7 membuat lelaki mungil itu terhambat pergerakannya. Ditambah, pria-pria kekar yang menjaga ruangan itu tak berbelas kasihan pada dirinya, tak memberinya minum setetes pun.

Baekhyun benar buntu akan apa yang harus ia lakulan kini. Malam terasa semakin menggelap. Dingin angin sore musim semi yang masuk lewat celah-celah jendela membuat Baekhyun menggigil kedinginan. Kawasan tempat ia terkurung terlihat penuh dengan pohon-pohon membuat Udara terasa lebih dingin serta suasana sunyi yang mencekam.

Lelaki mungil itu pun telah lelah berusaha, tenaganya terasa terkuras banyak sejak pagi tadi. Sudah hampir 12 jam ia dikurung dalam ruangan gelap itu.

Baekhyun tak tahu, siapa kiranya yang melakukan hal ini kepadanya. Lelaki itu tak begitu peduli akan keselamatan dirinya sendiri, namun yang terpenting adalah bayi dalam kandungannya.

"A-aku mohon, beri aku minum, meski setetes." Baekhyun berbicara pelan, sejak tiba di tempat itu tak sedikitpun Baekhyun diberi minum oleh orang-orang yang menyekapnya ini.

Dua pria yang menjaga dirinya itu saling pandang, hingga salah seorangnya pergi keluar ruangan entah untuk apa.

Baekhyun berpasrah, tak tahu harus melakukan apa lagi membuatnya hanya bisa terdiam sambil memikirkan dan berharap bahwa siapapun dapat menyelamatkan dirinya; setidaknya bayi mungil dalam perutnya itu.

Tak lama, pria yang tadi pergi keluar itu kembali datang dengan sebotol air mineral di tangannya. Menghampiri Baekhyun yang merasa lega, setidaknya ia diberikan asupan air. Karena bagaimanapun, ia begitu khawatir dengan keadaan bayi mungilnya.

Si pria segera membantu Baekhyun untuk minum mengingat lelaki mungil itu masih terikat menyatu pada kursi.

"Terima kasih." Ucap Baekhyun saat ia telah puas menenggak setengah air dari botol mineral itu. Si pria hanya mengangguk, juga merasa iba melihat keadaan Baekhyun namun tidak dapat berbuat apapun.

Kini Baekhyun hanya dapat berharap bahwa siapapun bisa segera menemukan dirinya, lelaki itu tidak mau mati konyol di sini.

e)(o

Chanyeol mematikan ponselnya, ia baru saja selesai berbicara dengan salah satu orang suruhannya yang bertugas untuk melacak CCTV di sekitaran tempat tinggal Baekhyun serta melacak mobil yang membawa mantan suaminya itu. Kepolisian setempat juag sudah membantu untuk melacak penculikan ini, namun hinggan saat ini usaha pencarian belum memiliki titik terang. Chanyeol frustrasi, ia merasa begitu marah pada Sunbin. Wanita itu begitu terobsesi hingga tak takut untuk melakukan hal-hal semacam ini.

Kedua orangtua Chanyeol sudah mengetahui penculikan Baekhyun, membuahkan satu bpgeman mentah di pipi kirinya sebagai hadiah dari Ayahnya. Yah, Chanyeol merasa pantas mendapatkan hal itu bagaimanapun.

Pria itu tidak dapat berbuat apa-apa saat ini, sebatas mengetahui keberadaan Baekhyun pun ia tak tahu. Pria itu sudah mencoba menghubungi nomor telepon Sunbin namun nihil; nomor itu sudah tak lagi terdaftar.

Chanyeol teringat sesuatu, pria itu kembali menelepon seseorang.

"Tuan Lee, katakana di mana putrimu menyembunyikan suamiku?"

Kekehan di seberang sana benar membuat Chanyeol geram, lelaki tua yang merupakan ayah kandung Lee Sunbin itu sama gilanya seperti sang putri. Chanyeol paham bahwa apa yang dilakukan oleh Sunbin tentu dibantu oleh campur tangan sang ayah.

-"Masih mencari suamimu itu tuan Park? Kau sendiri yang membuat suamimu dalam bahaya."-

"Katakan sekarang juga di mana keberadaan suamiku atau anda juga akan menanggung akibat dari perbuatan putri anda."

Our Destiny 《ChanBaek》✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang