8. Pajak Jadian

3.9K 225 25
                                    

Aku bakal up Alfa-Syilla kalau udah dapat 1000 kata, entah itu waktunya lama atau cepat. Pokoknya kalau udah ada 1000 kata pasti bakal langsung up. Seperti sekarang ini. Hehe.

Yuk, jangan lupa ramaikan cerita ini ya, Gaes.

Tap bintang dulu sebelum baca, dan follow AUTHOR-nya  ya, tong poho.

Happy reading!

_______________

Alfa terbangun dengan keringat dingin yang mengucur. Napasnya terengah-engah. Dia baru saja mengalami mimpi buruk. Kedua tangannya terangkat, mengusap wajah. Dia melirik sebelah kanan tempat tidurnya. Syilla tengah terlelap dengan napas teratur. Wanita itu tampak sangat cantik saat sedang tertidur.

Alfa lantas bergerak menurunkan kedua kakinya, dan meraih ponsel di atas nakas. Nyaris pukul dua dini hari. Jika tidak mengingat Lyra di rumah sendiri, dia lebih baik melanjutkan tidur bersama Syilla. Beranjak dari tempat tidur, dia meraih pantalonnya yang teronggok begitu saja di atas lantai. Satu per satu dia pakai penutup tubuhnya.

Dia bergerak mendekati Syilla yang tampak masih pulas. Dibelainya rambut perempuan itu sejenak, lantas dia mendaratkan ciuman tepat di kening Syilla. Setelahnya, Alfa beringsut meninggalkan kamar perempuan itu.

Kota Jakarta dini hari terasa lengang. Alfa mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi. Meski dia yakin Lyra sudah tidur, dia harus segera sampai ke rumah sebelum gadis itu sadar kalau dia pulang sangat terlambat. Bagaimana tidak? Bergumul dengan Syilla benar-benar bisa membuatnya lupa waktu. Saking lelahnya, dia pun  tertidur di samping wanita itu.

Alfa membuka pintu rumah dengan pelan. Sebisa mungkin dia tidak menimbulkan gaduh. Meski suara mobilnya pasti terdengar jelas dan berisik. Semoga saja Lyra tidak terbangun dan menemukannya pulang selarut ini. Dia bernapas lega ketika menemukan Lyra masih tertidur pulas di kamarnya. Lelaki itu lantas bergegas menuju kamarnya sendiri.

***

"Jadi, hari ini lo interview?" tanya Alfa ketika dia dan Lyra sedang sarapan bersama.

Lyra meneguk airnya sebelum menjawab. "Iya, gue mesti kerja kan biar nggak repotin lo terus."

Alfa mengangguk. "Bagus, deh. Memangnya jadi pengangguran enak. Lo nggak nepotisme kan?"

Lyra melotot. "Ya, enggaklah, enak aja. Gue udah ikutin serangkaian tes yang bikin mumet."

"Lo lamar apa di perusahaan Pak Reksa?" tanya Alfa. Tangannya menarik selai cokelat di hadapannya.

"ADM."

Alfa memandang sejenak adiknya, lalu tawanya meledak.

"Kenapa lo ketawa, Bang?" tanya Lyra kesal. Reaksi Alfa benar-benar menyebalkan.

"Dari orang finansial ke ADM? Astaga, Lyra. Otak lo emang cetek banget ya," ejek Alfa tertawa lagi.

Lyra mengerutkan bibir jengkel. "Biarin suka-suka gue dong mau lamar apa," dengusnya kesal.

"Oke, oke, gue doain moga keterima. Tapi pasti keterima sih, kan itu perusahaan cowok lo."

Lyra memutar bola mata, dan tiba-tiba dia teringat sesuatu. Matanya kontan menyorot Alfa tajam. "Semalam lo pulang jam berapa, Bang?"

Alfa yang hendak memasukkan potongan roti ke mulut berhenti. "Jam berapa ya? Lupa gue. Yang jelas mimpi lo udah sampai tanah kito galo."

Mata Lyra menyipit. "Gue curiga lo pulang malam banget. Lo abis ngapain aja? Pacaran, ya?"

Dear, My Pretty 🔞 ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang