Aku lagi bosen nulis lanjutan In Between, jalan-jalan ke Alfa-Syilla biar nggak bosen dapat 1000 kata lagi. Jadi, aku up ya.
Happy reading dan jangan lupa tap Bintang 🌟
❤️❤️❤️
Alfa terjaga dari tidurnya gara-gara mimpi itu lagi. Kepalanya terasa ingin pecah saja. Perlahan dia mengusap wajah yang bersimbah keringat. Setelahnya dia bergerak menarik laci nakas di samping tempat tidurnya. Dia mengambil potret kedua orang tua kandungnya yang sudah lama meninggal. Dia usap potret itu penuh sayang.
"Apa kalian di sana baik-baik saja?" tanyanya dengan bibir bergetar. Dadanya yang sesak mendorong air matanya turun. Hanya satu tetes, dan jatuh tepat mengenai potret itu. Alfa memeluknya erat sebelum kembali meletakkan benda itu ke dalam laci nakas.
Dia lantas beringsut keluar kamar setelah beberapa saat berhasil menenangkan diri. Mimpi buruk membuat tidurnya terasa lelah. Dia kehausan. Oleh karena itu, dia bergegas menuju dapur.
Namun, langkahnya tersendat ketika dia melihat cahaya temaram dari dalam lemari es yang terbuka. Dengan pelan dia mendekat. Langkahnya berjingkat. Sebisa mungkin agar tidak menimbulkan bunyi. Meski dia tahu pasti itu adiknya yang dilanda lapar tengah malam. Entah perutnya terbuat dari apa, tengah malam bukannya tidur malah ngubek-ngubek kulkas mencari makanan.
Ketika langkah Alfa mulai mendekat, dia yang akan mengagetkan Lyra, justru kaget sendiri karena tiba-tiba saja Lyra membalikkan badan lengkap dengan wajah yang menyeramkan. Sekonyong-konyong Alfa mundur dan punggungnya menghantam pilar yang ada di belakangnya. Dia pun jatuh terduduk. Matanya melebar melihat muka di hadapannya.
Telunjuknya terangkat dan ....
"Setan lo!" serunya. Mengelus dadanya sendiri dia mengembuskan napas. "Lo ngapain sih, Lyr, malam-malam berkeliaran di dapur dengan wajah begitu?" Alfa memegang kepala yang terasa pening. Astaga, jantungnya hampir copot.
"Aku bukan Lyra. Aku Bella."
Hah? Alfa kembali menatap gadis itu. Diamatinya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Dia lantas mendesah setelah sadar ternyata postur tubuh Bella memang mirip Lyra.
"Jadi, lo lagi apa?"
"Aku lagi nyari salep, pergelangan kakiku nyeri lagi." Bella menunjukkan salep yang dia ambil di kulkas tadi.
Mengembuskan napas, Alfa kemudian berdiri dan merebut salep itu dari tangan Bella. "Cuci muka lo dulu sana," suruhnya beranjak ke ruang tengah.
Bella menurut dan dengan langkah tertatih menuju wastafel untuk mencuci mukanya.
Dia menemui Alfa kembali begitu mukanya yang tadi tertutup masker bersih.
Alfa menoleh menyadari Bella mendekat. "Duduk di sini," suruhnya meminta Bella duduk di sofa.
Pelan Bella menuruti ucapan Alfa dan duduk di atas sofa abu yang Alfa tempati.
Alfa sendiri berpindah duduk di atas meja berhadapan dengan Bella. Dia lantas mengangkat kaki bela. Namun, gadis itu menahannya.
"Kamu mau apa?" tanya Bella mengerjap.
"Mengobati kaki lo. Bisa diam enggak?" sentak Alfa menatap Bella sebentar lalu kembali meraih sebelah kaki Bella dan mengangkatnya.
Bella di atas sofa hanya bisa diam dengan jantung berdebar menyaksikan Alfa yang dengan telatennya mengurut pergelangan kakinya dengan salep itu. Rasanya hangat. Bukan hanya di area kakinya yang saat ini tengah disentuh tangan Alfa, tapi hatinya pun ikut menghangat. Dia pikir Alfa tidak peduli, tetapi tindakan laki-laki itu malam ini membuat pikiran itu lenyap. Alfa tidak pernah berubah. Dia memang baik dari dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Pretty 🔞 ( TAMAT )
RomanceSEBELUM BACA, BUDIDAYAKAN FOLLOW AUTHOR DULU YA, GAES. Alfa tertegun melihat seorang wanita di hadapannya. Wanita yang pernah membuatnya menjadi lelaki paling beruntung selama perantauannya di Ibukota sekaligus wanita pertama yang membuatnya patah h...