33. Trust

1.7K 163 58
                                    

Halo! Alfa-Syilla datang lagi setelah turun gunung. Maaf, ya, lama xixi. 

Jangan lupa tap love dan follow author sebelum baca ya.

Happy reading!

❤️❤️❤️

(Y. Riyadi)

Untuk beberapa saat jantung Alfa seolah berhenti berdetak melihat sosok Mama berdiri di ambang pintu. Pikiran-pikiran buruknya berkelebat. Mama itu pro sekali dengan Bella anaknya Tante Vina. Bagaimana kalau Mama menelan mentah-mentah info itu? Habislah riwayatnya.

Dia bakal gagal melangsungkan pernikahan ulang dan kemungkinan buruknya, dia bakal didepak oleh Syilla dan keluarganya. Atau yang lebih parah Mama bakal memaksanya untuk menikahi Bella. Ya Tuhan! Seandainya ini mimpi buruk, Alfa minta dibangunkan sekarang juga.

Santi melangkah masuk mengabaikan muka kedua anaknya yang tampak menegang.

"Ma-mama udah lama di situ?" tanya Alfa terbata.

"Ya, lumayan cukup untuk mendengar kalian ngobrol. Eh, ngobrol atau diskusi, ya?" Mama menatap kedua anaknya berganti dengan pandangan yang sulit Alfa artikan.

Alfa menelan ludah kepayahan. Dia menatap Lyra dan mengedikkan dagu berusaha meminta bantuan perempuan itu. Namun, Lyra hanya menggeleng pelan dengan muka ketakutan.

"Kalian nggak perlu bohong dan menutupinya dari Mama lagi," ujar Santi menatap tajam kedua anaknya.

"Ma, Mama sabar dulu, oke? Mama duduk di sini dulu, dan dengar penjelasan Alfa." Hati-hati Alfa mencoba bicara dengan perempuan yang sudah membesarkannya itu.

"Mama nggak perlu penjelasan apa pun dari kamu, Al," hardik Santi dengan wajah berlipat. "Lyra!"

Lyra nyaris melompat saat tiba-tiba Santi memanggil namanya.

"I-iya, Ma?" cicit Lyra menelan ludah.

"Tolong, kamu bisa setel AC-nya biar lebih dingin lagi? Mama gerah banget tau nggak."

"I-iya, Ma." Lyra bergerak mengambil remote AC dan mengecilkan suhunya.

Wajah Mama benar-benar menyeramkan bagi Lyra. Padahal suhu kamar Alfa ini sudah dingin, tapi Mama malah meminta agar suhunya diturunin. Lyra rasa, hati Mama yang perlu didinginkan karena mendengar kabar yang bikin hatinya panas dan gerah.

Alfa mencoba mendekati Santi yang kini sudah duduk di sofa  single seater yang terletak di sudut kamarnya. Dia menarik napas dan mengembuskannya sebelum memulai bicara.

"Ma, aku harap Mama percaya sama aku. Mungkin kabar itu bikin Mama syok dan marah. Tapi, aku berkata jujur kalau aku nggak pernah melakukan itu," ujar Alfa sepelan mungkin, dan sehati-hati mungkin. "Aku berani sumpah demi apa pun, Ma. Aku bahkan rela Mama bunuh jika aku terbukti bersalah."

"Santai aja kali, Al. Mana mungkin Mama tega bunuh anak Mama sendiri," timpal Santi tampak kembali bersikap seolah tidak hal yang membuatnya kesal, setelah suhu di ruangan Alfa lebih terasa sejuk.

Alfa bingung dengan perubahan mimik wajah ibunya itu. "Maksudnya, Ma?"

"Mama memang tadi sempat kesal dan marah dengar kabar itu. Tapi, marahnya bukan sama kamu. Gimana Mama nggak marah coba? Masa Mama lagi pulas-pulasnya tidur siang tiba-tiba Ayu Vina telepon minta Mama suruh mengawinkan kamu sama Bella? Katanya kamu ngehamilin anak dia. Yang benar saja!" omel Santi panjang lebar.

"Ya Mama nggak percaya gitu ajalah. Nggak begitu caranya kalau mau jadi besan Mama. Mama memang sayang sama Bella dan menghormati keluarganya juga, tapi kalau caranya dengan memfitnah kamu gini, jelas Mama nggak terimalah!" lanjutnya lagi berapi-api.

Dear, My Pretty 🔞 ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang