Halo, ada yang nungguin di sini nggak? Oh, nggak ada. Ngokey nggak apa-apa.
Karena cerita ini beneran slow up. Sampai aku yang nulis lupa alur. Wkwk.
Ya udah, nggak perlu lama-lama lagi. Yuk langsung baca aja. Eits, tapi tap bintang dulu. Terus jangan lupa juga follow AUTHOR-nya bagi yang belum hehe.
Happy Reading!
❤️❤️❤️Alfa mengetuk keras kamar adiknya. Minggu pagi mereka berniat untuk lari di alun-akun kota seperti kebiasaan mereka. Alfa tampak sudah siap dengan celana trening, dan kaos tanpa lengan. Sneaker berwarna putih membungkus kakinya. Sebuah handuk kecil juga sudah mengalung di lehernya.
Ketika pintu kamar terbuka, bukan hanya Lyra yang keluar dari kamar tersebut, melainkan Bella juga. Bukannya Bella tidur di kamar tamu ya? Mengacuhkan keberadaan Bella, Alfa menatap adiknya.
"Buruan, Lyr. Keburu siang, alun-alun tambah rame." Dia lantas memutar badan dan melangkah.
"Ini juga udah siap, Bang. Nggak sabaran amat, sih. Yuk, Bell."
Alfa mengernyit. "Emang Bella ikut juga?" tanya Alfa seraya menyambar kunci mobil.
"Lah, ya, iya, masa dia ditinggal sendiri, kan kasian. Dia kan juga belum tau suasana kota," jawab Lyra asal.
Meskipun itu tidak benar, Bella tidak berniat meralat perkataan Lyra.
Alfa hanya mengangguk dan menyuruh mereka berdua memasuki mobil.
Suasana alun-alun kota di Minggu pagi ramai. Banyak yang melakukan olahraga pagi. Seperti jogging, dan senam zumba. Di luar lapangan alun-alun sendiri banyak pedagang kaki lima yang berjajar rapi. Semua menu makanan ada. Dari yang berat hingga ringan. Biasanya Lyra akan sarapan sekalian di sini bersama Alfa. Habis membuang kalori malah menumpuk lemak. Tak masalah selama masih bisa terkontrol.
Alfa berlari di depan Lyra dan Bella. Kedua perempuan itu larinya sudah seperti keong. Lambat. Keasikan ngobrol. Bahkan ketika Alfa sudah melewati dua putaran, mereka satu putaran pun belum dapat.
"Mau lari apa gosip?" seru Alfa ketika melewati keduanya.
"Astaga, Bel. Ayolah kita lari juga. Bang Alfa keringetnya udah ngucur kita adem-adem aja." Lyra terkekeh lantas segera serius berlari diiringi Bella.
Setelah lelah berlari mereka bertiga duduk selonjoran di atas rerumputan seraya menyaksikan orang-orang yang masih bergoyang zumba di tengah lapang.
"Sono gih, lo ikut, Lyr." Alfa mengedikkan dagu ke arah lapang.
"Capek, Bang. Lo aja sono."
"Ya udah beli minum gih."
"Ah lo, mau nyuruh beli minum aja pake intro nyuruh gue ikut zumba." Biarpun mendumel, Lyra beranjak juga membeli minum.
Alfa melirik Bella yang tengah menyeka keringat di area lehernya yang jenjang dengan handuk kecil. Sumpah demi Tuhan, dulu itu Bella tak punya leher sepanjang itu. Bahkan Alfa mengira Bella tidak memiliki leher karena dagunya menempel langsung ke dada saking gemuknya. Namun, kenapa bisa begitu berbeda? Perubahan drastis yang Bella tunjukkan benar-benar masih membuat Alfa takjub dan heran secara bersamaan. Dan, semalam wanita itu bilang dia berubah karena Alfa. Maksudnya Alfa yang membuatnya terpecut untuk melakukan perubahan pada bentuk fisiknya. Alfa tidak menduga sih penolakannya dulu bisa mempengaruhi Bella sampai sejauh itu.
Padahal dulu itu Alfa menolak Bella bukan karena bentuk fisiknya. Namun, karena memang dia tidak mau pacaran sebelum lulus sekolah. Eits, tapi itu bukan berarti dia menyukai Bella ya. Alfa hanya menganggap Bella seperti Lyra, adiknya. Itu saja. Sama sekali tidak punya pikiran untuk memacarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Pretty 🔞 ( TAMAT )
RomansaSEBELUM BACA, BUDIDAYAKAN FOLLOW AUTHOR DULU YA, GAES. Alfa tertegun melihat seorang wanita di hadapannya. Wanita yang pernah membuatnya menjadi lelaki paling beruntung selama perantauannya di Ibukota sekaligus wanita pertama yang membuatnya patah h...